Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Taktik "Parkir Bus" yang Gagal Total dari Laos

13 Desember 2021   03:07 Diperbarui: 14 Desember 2021   12:45 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perayaan gol Timnas Indonesia saat melawan Laos di Binshan Stadium (12/12). Sumber: Dokumentasi PSSI/via Kompas.com

Laga kedua bagi Timnas Indonesia di Piala AFF 2020 sudah digelar (12/12). Kali ini, lawannya adalah Timnas Laos.

Evan Dimas dkk memang kembali diunggulkan, seperti ketika berhadapan dengan Kamboja. Namun, Indonesia tidak boleh lengah seperti kala melawan Kamboja.

Ditambah, Indonesia mendapatkan tantangan dari pelatih Laos, Vengadasalam Selvaraj, yaitu taktik "parkir bus". Taktik ini memang sangat mungkin diterapkan, mengingat Indonesia sangat butuh banyak gol untuk dapat bersaing dengan Malaysia maupun Vietnam dalam urusan agresivitas gol.

Selain itu, Indonesia juga patut mewaspadai sisi lain dari taktik "parkir bus", yaitu serangan balik. Meskipun, Indonesia cukup tangguh dalam melakukan transisi dari depan ke belakang, tetap saja faktor ini harus diperhatikan oleh skuad asuhan Shin Tae-yong.

Lalu, apakah taktik Laos berhasil?

Rupanya, pernyataan Laos terlihat seperti dipertimbangkan oleh Shin Tae-yong. Dia pun menurunkan formasi 4-3-3, alih-alih 4-1-4-1 seperti di laga pertama.

Skuad utamanya pun diisi dengan beberapa perubahan pemain. Pos penjaga gawang kali ini diisi Ernando Ari Sutaryadi.

Empat bek diisi oleh Asnawi di sisi kanan, duet Alfeandra Dewangga dan Rizky Ridho di tengah, lalu Edo Febriansyah di sisi kiri.

Tiga pemain di tengah adalah Rachmat Irianto, Ricky Kambuaya, dan Evan Dimas Darmono. Disusul lini depan yang diisi oleh Kushedya Yudo di kanan, Dedik Setiawan di tengah, dan Irfan Jaya di kiri.

Formasi ala "Barcelona-nya Pep Guardiola" ada di Indonesia, meski sebenarnya akan terlihat lebih menakutkan jika penyerang tengah diisi Ezra Walian.

Hanya saja, Shin Tae-yong seperti ingin memberikan kesempatan kepada Dedik di laga ini. Dan, bisa juga untuk mencari tahu siapa yang tepat mengisi posisi penyerang tengah pada laga selanjutnya.

Formasi tim Laos. Sumber: Google/search: AFF Suzuki
Formasi tim Laos. Sumber: Google/search: AFF Suzuki

Formasi tim Indonesia. Sumber: Google/search: AFF Suzuki
Formasi tim Indonesia. Sumber: Google/search: AFF Suzuki

Sejak awal babak pertama, Indonesia sudah memegang kendali. Laos pun seperti menepati "janji" dengan bermain bertahan dan mencoba mencari celah untuk melakukan serangan balik.

Dampak dari taktik bertahan Laos dengan garis pertahanan rendah, membuat Indonesia sulit membongkar pertahanan lawan. Jika dibandingkan dengan laga sebelumnya, Indonesia harus menunggu sampai menit ke-20 untuk mendapatkan peluang mencetak gol.

Peluang itu pun harus dari penalti, setelah Alfeandra Dewangga mendapatkan ganjalan dari pemain Laos. Eksekusi penalti dilakukan Asnawi.

Pemain asal Ansan Greeners itu berhasil menjalankan tugasnya dan membawa Indonesia unggul 0-1 pada menit 23. Butuh waktu 10 menit untuk Indonesia menambah gol.

Kali ini lewat Irfan Jaya yang berhasil mengarahkan bola ke gawang tanpa mampu diantisipasi penjaga gawang. Gol ini berawal dari operan lambung Asnawi dari sisi kanan yang sebenarnya berusaha dijangkau Dedik.

Namun, bola masih lewat di atas kepalanya dan pemain belakang lawan yang berusaha menghalau bola. Irfan Jaya pun sukses memanfaatkan konsentrasi pemain Laos yang hanya terpaku pada Dedik.

Tertinggal dua gol membuat Billy Ketkeophomphone dkk mulai menyerang. Namun, antisipasi pertahanan dari Indonesia masih cukup solid.

Sampai kemudian, momen ceroboh terjadi di Indonesia setelah Alfeandra Dewangga melakukan overlap. Upayanya membantu melakukan serangan cepat berhasil dipotong lawan dan bola langsung mengalir deras ke pertahanan Indonesia.

Hanya ada Rizky Ridho dan Edo yang ada di garis terendah pertahanan Indonesia. Dan momen itu pun berhasil dimanfaatkan Kydavone Souvanny untuk menebus kesalahannya pada pelanggaran di dalam kotak penalti tadi.

Gol pertama Laos (41') di turnamen ini pun tercipta dan harus ke gawang Ernando. Skor 1-2 bertahan sampai babak pertama usai.

Jika melihat apa yang terjadi pada babak pertama, taktik "parkir bus" Laos masih bisa dikatakan cukup berhasil. Mereka mampu membuat Indonesia tidak efektif dalam membangun serangan, sekaligus bisa mencuri gol lewat serangan balik.

Namun, keberhasilan taktik Laos sepertinya habis ketika babak kedua dimulai. Shin Tae-yong mengubah susunan pemain dan formasi.

Elkan Baggott menggantikan Rachmat Irianto, dan Witan Sulaeman menggantikan Kushedya Yudo. Formasi 4-3-3 pun berubah menjadi 3-4-3.

Lini belakangnya adalah Rizky Ridho (tengah), Elkan Baggott (kiri), dan Asnawi (kanan). Tetapi, bisa juga menjadi Rizky Ridho (kanan), Elkan (tengah), Edo (kiri).

Tergantung, siapa yang melakukan overlap dari sisi sayap. Jika, Asnawi yang melakukan overlap, maka Edo yang berdiri sejajar dengan Rizky dan Elkan. Begitu pula sebaliknya.

Bagaimana dengan Alfeandra?

Inilah yang menarik. Alfeandra yang cenderung ceroboh dengan melakukan overlap yang berakibat serangan balik Laos, justru diberi kepercayaan untuk mengisi posisi gelandang bertahan yang ditinggalkan Rachmat Irianto.

Artinya, Shin Tae-yong justru seperti ingin menantang naluri menyerang yang dimiliki Alfeandra untuk membantu tim meningkatkan intensitas serangan ke pertahanan Laos.

Hasilnya, para pemain Indonesia langsung memenuhi semua ruang yang ada di lini pertahanan Laos. Bahkan, Elkan pun terlihat melewati garis tengah lapangan dan membantu distribusi bola.

Indonesia pun kemudian hanya butuh 10 menit pasca babak kedua dimulai untuk mencetak gol ketiga. Gol dicetak Witan dari asis Irja.

Gol ketiga itu seperti ingin direspon Laos dengan melakukan pergantian pemain. Pemain bertahan diganti pemain menyerang.

Tidak lama kemudian, Indonesia juga melakukan pergantian pemain yang sifatnya adalah menjaga ketenangan di lini belakang dan mencoba meningkatkan kualitas serangan. Dua hal itu tercirikan oleh Fachruddin Aryanto dan Ezra Walian.

Pergantian itu pun membuahkan hasil. Ezra Walian mampu mencetak gol ke-4 Indonesia setelah berhasil mengarahkan operan silang mendatar dari Witan ke gawang Thilavong.

Kehadiran Thilavong cenderung menarik, karena dia adalah kiper muda berusia 18 tahun yang masuk menggantikan Souvannasangso saat babak kedua dimulai. Souvannasangso adalah kiper yang merasakan hujaman banyak gol sejak laga melawan Vietnam dan Malaysia.

Kemudian, di kubu Indonesia, penyegaran lini serang kembali dilakukan Shin Tae-yong agar intensitas serangan Pasukan Garuda tidak kendur. Ramai Rumakiek pun masuk menggantikan Irja.

Tidak lama berselang, gol kelima tercipta lewat operan jauh Alfeandra menuju Evan Dimas. Sang kapten pun menunjukkan kualitas penyelesaian akhirnya yang masih mumpuni meski pertandingan sudah berada di menit 84.

Skor mencolok 1-5 membuat Laos tidak berkutik. Selvaraj juga hanya bisa melakukan pergantian pemain (seperti) tanpa punya tujuan yang jelas akan melakukan apa selain hanya untuk memberikan kesempatan bermain kepada pemain di bangku cadangan.

Pertandingan pun selesai dengan skor yang tidak berubah untuk kemenangan Indonesia di laga kedua di grup B. Kemenangan yang sejenak membuat Indonesia mencicipi puncak klasemen, meski akhirnya digeser oleh Vietnam.

Setidaknya, Indonesia dengan kemenangan telak ini ditambah skor 4-2 atas Kamboja di laga pertama, membuat Indonesia punya surplus 6 gol. Untuk sementara, Evan Dimas dkk ada di posisi kedua, di atas Malaysia yang dikalahkan Vietnam 3-0.

Statistik pertandingan Laos vs Indonesia di Piala AFF 2020 (12/12). Sumber: Google/search: AFF Suzuki
Statistik pertandingan Laos vs Indonesia di Piala AFF 2020 (12/12). Sumber: Google/search: AFF Suzuki

Kemenangan ini juga membuktikan bahwa Indonesia mampu meruntuhkan tembok yang berusaha dibangun Laos di lini pertahanannya. Kenapa taktik bertahan Laos akhirnya gagal total?

Pertama, Shin Tae-yong mampu mencari solusi dari kekurangan Indonesia dalam membangun serangan dan sekaligus mempelajari kelebihan Laos dengan taktik bertahannya.

Memasukkan Witan dan Elkan tidak hanya untuk mengganti pemain, melainkan untuk mengubah formasi dan pola permainan. Terutama, pola membangun serangan.

Kedua, Shin Tae-yong menaikkan Alfeandra ke tengah untuk mengakomodasikan naluri menyerang Alfeandra yang berpotensi untuk merepotkan fokus penjagaan dari lawan.

Hal ini dikarenakan, jumlah pemain yang masuk ke area permainan Laos lebih banyak. Dan, keberadaan Alfeandra di area permainan Laos bukan lagi sekadar ingin mengejutkan pertahanan lawan seperti yang dilakukan di babak pertama.

Alfeandra di babak kedua justru berperan penting dalam membangun serangan dan mempertahankan intensitas serangan. Cara mempertahankan intensitas serangan dari peran Alfeandra adalah dengan menjadikan Alfeandra sebagai pencegah terjadinya serangan balik lewat sisi tengah.

Ketiga, permainan Indonesia jauh lebih cepat dalam mengalirkan bola. Jarak antar-pemainnya juga lebih rapat, sehingga memudahkan perpindahan bola dari satu sisi ke sisi lain, dan ini sangat merepotkan para pemain Laos.

Keempat, Evan Dimas bisa bergerak bebas di babak kedua. Dia tidak hanya berada di tengah, tetapi juga bergerak di sisi sayap dan di dalam kotak penalti lawan.

Jika free-role biasa dijalankan oleh pemain yang bertipikal playmaker atau penyerang yang tipikalnya false-nine. Kali ini, kita melihat seorang pemain yang tipikalnya adalah gelandang no. 8 justru menjadi free-role.

Tentu, hal ini dikarenakan Evan punya atribut yang sangat dibutuhkan Indonesia, yaitu kualitas penyelesaian akhir. Kualitas ini sudah melekat pada Evan sejak di timnas kelompok umur, karena penyerangnya jarang "mengisi setoran ke rekening".

Empat poin yang dimiliki Indonesia di babak kedua inilah yang kemudian membuat Laos bertekuk lutut. Mereka harus menerima kenyataan, bahwa taktik bertahan bukanlah solusi yang tepat untuk menghadapi tim yang sangat butuh banyak gol.

Kini, Timnas Indonesia langsung mengalihkan perhatian ke laga selanjutnya, yaitu melawan Vietnam (15/12). Patut ditunggu seperti apa pertarungan taktik antara Shin Tae-yong dengan Park Hang-seo, nanti.

Semoga, Indonesia bisa menunjukkan permainan yang penuh semangat dan pantang menyerah demi upaya lolos ke semifinal. Mari kita dukung terus timnas kita!

Klasemen sementara grup B, sebelum direvisi pihak AFF--seharusnya Indonesia di puncak klasemen. Sumber: Google/search: AFF Suzuki
Klasemen sementara grup B, sebelum direvisi pihak AFF--seharusnya Indonesia di puncak klasemen. Sumber: Google/search: AFF Suzuki

Malang, 12-13 Desember 2021

Deddy Husein S.

***

Tersemat: Panditfootball.com

Terkait: Kompas.com 1 dan Kompas.com 2.

Baca juga: Pilihan Utama di Lini Sayap Timnas Indonesia di Piala AFF 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun