Gol pertama Laos (41') di turnamen ini pun tercipta dan harus ke gawang Ernando. Skor 1-2 bertahan sampai babak pertama usai.
Jika melihat apa yang terjadi pada babak pertama, taktik "parkir bus" Laos masih bisa dikatakan cukup berhasil. Mereka mampu membuat Indonesia tidak efektif dalam membangun serangan, sekaligus bisa mencuri gol lewat serangan balik.
Namun, keberhasilan taktik Laos sepertinya habis ketika babak kedua dimulai. Shin Tae-yong mengubah susunan pemain dan formasi.
Elkan Baggott menggantikan Rachmat Irianto, dan Witan Sulaeman menggantikan Kushedya Yudo. Formasi 4-3-3 pun berubah menjadi 3-4-3.
Lini belakangnya adalah Rizky Ridho (tengah), Elkan Baggott (kiri), dan Asnawi (kanan). Tetapi, bisa juga menjadi Rizky Ridho (kanan), Elkan (tengah), Edo (kiri).
Tergantung, siapa yang melakukan overlap dari sisi sayap. Jika, Asnawi yang melakukan overlap, maka Edo yang berdiri sejajar dengan Rizky dan Elkan. Begitu pula sebaliknya.
Bagaimana dengan Alfeandra?
Inilah yang menarik. Alfeandra yang cenderung ceroboh dengan melakukan overlap yang berakibat serangan balik Laos, justru diberi kepercayaan untuk mengisi posisi gelandang bertahan yang ditinggalkan Rachmat Irianto.
Artinya, Shin Tae-yong justru seperti ingin menantang naluri menyerang yang dimiliki Alfeandra untuk membantu tim meningkatkan intensitas serangan ke pertahanan Laos.
Hasilnya, para pemain Indonesia langsung memenuhi semua ruang yang ada di lini pertahanan Laos. Bahkan, Elkan pun terlihat melewati garis tengah lapangan dan membantu distribusi bola.
Indonesia pun kemudian hanya butuh 10 menit pasca babak kedua dimulai untuk mencetak gol ketiga. Gol dicetak Witan dari asis Irja.