Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Membedakan Suka Liga dengan Suka Tim Nasional (Bagian 2-Selesai)

29 Juni 2021   22:25 Diperbarui: 29 Juni 2021   22:54 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mourinho kritik taktik pragmatis Inggris kontra Skotlandia di Euro 2020. Sumber: AP/Matt Dunham/Pool/via Bola.com

Karena, mereka terlihat seperti mulai mempelajari gaya bermain dari negara-negara lain. Tentu, lewat kompetisi antarklub.

Terutama, lewat pemain-pemain yang dipanggil. Mereka rata-rata dilatih oleh pelatih asing, dan ada kemungkinan mereka bisa membantu memberikan informasi terkait bagaimana cara bermain yang diterapkan pelatih dari negara-negara tertentu.

Mourinho kritik taktik pragmatis Inggris kontra Skotlandia di Euro 2020. Sumber: AP/Matt Dunham/Pool/via Bola.com
Mourinho kritik taktik pragmatis Inggris kontra Skotlandia di Euro 2020. Sumber: AP/Matt Dunham/Pool/via Bola.com
Itulah mengapa, gaya bermain Inggris terkadang menyerupai gaya main khas negara lain. Misalnya, seperti gaya bermain Portugal.

Mengapa saya tidak menyebut gaya bermain Italia? Walaupun, Italia sering disebut sebagai rumahnya filosofi sepak bola dengan pertahanan terbaik.

Meski begitu, saya tidak melihat Italia bermain pragmatis sepanjang pertandingan di tiap turnamen dalam satu dekade terakhir. Termasuk, ketika klub-klub asal Italia bermain di Liga Champions.

Misalnya, Juventus. Mereka biasanya bermain menyerang ketika kedudukan masih 0-0. Baru, ketika mereka berhasil unggul atau setelah babak pertama berakhir, mereka mulai menggunakan gaya bermain pragmatis.

Pola ini kemudian mulai seperti diperbaiki oleh timnas Italia, ketika mereka sepertinya sadar bahwa bermain pragmatis terkadang tidak menguntungkan. Terbukti, Juventus di tangan Masimilliano Allegri selalu kandas justru ketika mereka mulai bermain bertahan.

Itulah mengapa, Italia di tangan Roberto Mancini seperti diajak untuk bermain penuh percaya diri dan mengintimidasi. Walaupun, ada yang meragukan rival di Grup A, tapi pertemuan perdana dengan Turki bisa dikatakan sebagai kunci awal bagaimana Italia bisa meruntuhkan optimistis Turki bersama calon generasi terbaiknya.

Saya menyatakan demikian, karena Turki lolos ke putaran final Euro 2020 sebenarnya dengan cara yang cukup meyakinkan. Mereka juga sedang mempunyai pemain-pemain yang merasakan gelar di klub masing-masing seperti Burak Yilmaz dan Caglar Soyuncu.

Artinya, tim ini bukan sembarangan. Tetapi, setelah melawan Italia, saya pikir Turki seperti mulai kehilangan arah.

Itu yang kemudian membuat pertandingan melawan Wales seperti misi berat. Tentu, pada akhirnya kita tahu bagaimana hasil perjalanan Turki di Euro 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun