Kebijakan 50+1 juga pasti butuh tambang yang dapat dikeruk uangnya. Tambang itu bernama Premier League.
Apakah nanti juara Liga Champions hanya dipegang oleh tiga klub itu--dan tentunya ditambah Bayern Munchen? Apakah semua liga mau seperti Bundesliga yang UBM?
Tidak asyik!
Secara permainan, memang tidak terlalu tampak jelas. Karena bagus-tidaknya permainan juga berkaitan dengan mentalitas dan stamina. Taktik bagus, kalau stamina dan mental pemain sedang tidak bagus, hasilnya tidak akan berjalan sesuai harapan.
Namun, secara kompetisi, Bundesliga masih kurang kompetitif. Bahkan, ketika Bayern Munchen kalah di DFB Pokal saja, masih banyak orang yang tidak terima dan menghujat. Padahal, kekalahan Bayern Munchen adalah salah satu indikasi adanya kompetisi yang bagus.
Hal ini yang kemudian seharusnya menjadi cerminan bahwa kebijakan 50+1 juga ada imbas buruknya. Kekuatan finansial atau yang sebelumnya disebut bisnis akan dilemahkan dengan kekuatan politik.
Walaupun dua unsur itu harus ada di sepak bola, tetapi unsur politik jangan sampai terlalu kuat. Ketika unsur politik lebih kuat dari unsur finansial, maka sepak bola akan kurang menarik.
Sebuah klub yang antah berantah menjadi tidak punya pijakan yang kuat untuk membuat kejutan. Padahal, salah satu unsur penting dalam membuat kejutan adalah kesehatan finansial.
Ketika finansial sehat, fokus mengejar sesuatu yang di depan atau malah yang ada di atas, akan menjadi pekerjaan yang tidak terlalu muluk-muluk.