Itu wajar. Karena, pemain juga ingin bermain di klub besar dan punya peluang besar untuk juara.
Hal itu bisa dilihat dari bagaimana klub itu membangun. Awalnya adalah uang. Uang dapat membangun fasilitas. Uang dapat mendatangkan pelatih hebat. Uang juga dapat mendatangkan pemain-pemain hebat.
Itu yang pernah dilakukan Manchester City di masa awal membangun klub untuk menjadi klub besar, dan calon juara. Mereka bisa mendatangkan Roberto Mancini adalah keputusan besar, dan perlu upaya dari tim manajemen finansial untuk meyakinkan Mancini dalam membangun proyek tim juara.
Apakah klub di Jerman bisa melakukannya? Adakah pelatih di Bundesliga datang dari liga lain atau merupakan pelatih kawakan?
Rata-rata, pelatih di sana adalah pelatih 'homegrown'. Jupp Heynckes, Ralf Rangnick, Jurgen Klopp, Thomas Tuchel, hingga Julian Nagelsmann adalah pelatih-pelatih hebat asli Jerman.
Klub yang kemudian paling mudah untuk mendatangkan pelatih kawakan dari luar adalah Bayern Munchen dengan Louis van Gaal (Belanda), kemudian Pep Guardiola (Spanyol). Sedangkan, klub seperti Eintracht Frankfurt sejak 2001 lebih banyak dilatih pelatih Jerman dan baru beberapa musim terakhir dilatih pelatih asing yang ternyata bisa memberikan gelar dan posisi yang cukup bagus.
Artinya, klub di Premier League mempunyai pola yang berbeda dalam mempopulerkan sepak bola. Dan, pola itu terasa lebih pas kalau didukung oleh keberadaan investor, alih-alih mengandalkan finansial kelompok suporter.
Mengapa begitu?
Coba kita melihat kembali di bursa transfer musim panas 2020/21. Apakah klub di Bundesliga bisa membeli banyak pemain? Apakah Bayern Munchen dapat mendatangkan penyerang hebat yang potensial sebagai pengganti Robert Lewandowski?
Jawabannya tidak.