Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kritik, Kurang Cantik tapi Menggoda

14 Februari 2021   22:15 Diperbarui: 18 Februari 2021   20:32 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penangkapan orang terduga sebagai pengkritik. Gambar: Toto Sihono via Kompas.com

Setelah itu, barulah kita berbicara tentang ikhlas dan tidak ikhlas. Alasannya sederhana, tidak semua orang mau membagi pengetahuannya, apalagi bagi yang selalu merasa pengetahuannya cetek.

Ini seperti "hukum berbagi" yang berdasarkan tingkat ekonomi seseorang. Ada pemikiran unik yang viral beberapa waktu lalu, bahwa orang yang punya tingkat ekonomi tinggi akan lebih mudah berbagi.

Secara logika dangkal, itu tidak salah. Memang, orang punya banyak duit logikanya memberi uang 10.000 ke penjaga parkir bukan masalah besar, sekalipun ia "hanya" memarkir sepeda motor yang biasanya dipatok 2.000 rupiah.

Tetapi, apakah itu ikhlas? Bagaimana kalau orang banyak duit itu memberi uang 10.000 karena untuk menjadi konten di channel Youtube-nya?

"Di Sini Parkir Motor 10.000, Gaes!"

Namun, berbicara soal ikhlas-takikhlas, itu sebenarnya urusan pribadi. Maka dari itu, sekalipun orang yang tidak banyak duit ingin berbagi dan ikhlas, itu juga bukan suatu keajaiban. Memang bisa, kalau mau dan tentunya ikhlas.

Landasan ini pula yang bisa ditiru oleh si pengkritik yang pengetahuannya masih cetek. Atas dasar ikhlas, dia dapat mengkritik dengan dasar yang masih dasar.

Pada satu sisi, itu semacam lelucon seandainya yang membaca kritik tersebut adalah orang yang lebih tinggi pengetahuannya, termasuk jika si pengetahuan tinggi itu ternyata orang yang dikritik. Namun di sisi lain, itu juga bisa menjadi pengingat bahwa orang yang berpengetahuan dasar saja sudah mau memberi kritik.

Bagaimana dengan yang lebih tinggi?

Kembali lagi pada perihal ikhlas dan takikhlas. Bisa saja yang berpengetahuan tinggi enggan memberi kritik karena tidak ikhlas. Sudah beli kuota/pasang Wi-Fi, malah harus mengkritik orang yang belum tentu bakal menerima kritikannya.

Tetapi, ada juga yang mungkin berpikir bahwa orang yang sebenarnya harus dikritik bisa diberikan kesempatan untuk belajar sendiri dari kesalahannya. Itu pun kalau orang yang dimaksud wawas diri. Kalau tidak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun