Kembali lagi, saya merujuk pada "keberhasilan" Belanda menginvasi Indonesia selama berabad-abad. Menurut saya, itu tidak lepas dari kemauan orang Belanda mempelajari orang-orang di Indonesia (Nusantara).
Mereka tentu mempelajari bagaimana pola hidup orang Nusantara dengan tipe kerajaan-kerajaan. Mereka mempelajari kekuatan dan kelemahannya. Lalu, dari sana mereka mencoba mengambil alih kekuasaan yang dimiliki kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Kita juga belajar cara untuk membangun negara saat itu. Dari sana pula kita diingatkan tentang bagaimana cara untuk mempertahankan kedaulatan, yaitu belajar.
Orang asing bisa sampai erat dengan kita sudah pasti karena orang asing tersebut mempelajari kita. Kita seharusnya juga demikian.
Berdasarkan empat poin itu, saya menganggap semuanya saling terkait dalam membentuk mentalitas kita, khususnya dalam hal memilih pemimpin. Saya mengesampingkan tentang politik uang, karena saya pikir politik uang bisa tumbuh dan menjamur di Indonesia bukan hanya karena para pelaku politik praktis, melainkan masyarakat juga yang masih enggan mempelajari politik dan pemerintahan.
Coba, kalau masyarakat mempelajarinya dan didukung dengan sistem pemilihan (coblosan) yang efektif, alias birokrasi mengurus data calon pemilih cepat dan akurat, maka masyarakat akan melek politik. Masyarakat kemudian tanpa diiming-imingi amplop berisi selembar biru atau merah, sudah pasti tegerak untuk datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Menurut saya, akar dari itu semua adalah empat poin itu, dan bisa ditambah faktor-faktor lain yang pembaca tahu. Empat poin itu juga tidak hanya ada dalam masyarakat lapisan bawah. Lapisan menengah hingga atas pun ada yang terjangkit dan sulit melepas pola tersebut dari pikirannya.
Buktinya, jajaran pemerintah masih mendatangkan tenaga kerja asing (TKA) yang kemudian mereka berada di struktur tinggi. Mengapa kita tidak mencoba mengirim orang-orang Indonesia terbaik di bidang tersebut ke luar negeri untuk belajar, lalu membawa ilmunya pulang?
Atau, dengan mendatangkan TKA, apakah kita bisa mempekerjakan mereka dengan sistem keuntungan minimal 50-50? Artinya, tidak ada yang saling menuntut. Kalaupun ada, tuntutannya bisa seimbang.