Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dari Ibu, Saya Mendengar Nama Maradona

27 November 2020   15:31 Diperbarui: 28 November 2020   15:24 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diego Armando Maradona bersama timnas Argentina. Gambar diolah dari: AFP via tribunnews.com

Entah, ada yang percaya atau tidak, bahwa saya bisa mengetahui tentang Maradona karena ibu saya. Tentu, bukan karena ibu saya mantan atlet bola, tetapi karena wawasannya.

Ibu saya suka membaca koran dan majalah, menonton berita, dan tentunya kini cukup lihai menggunakan ponsel pintarnya. Atas dasar itu, dulu ketika saya masih kecil, telinga saya akrab dengan dongeng darinya.

Selain hal-hal umum, ada hal-hal khusus yang ibu bagikan. Salah satunya adalah tentang bola.

Sepertinya saya pernah mengguratkan sekalimat-dua kalimat tentang kesukaannya terhadap Francesco Totti. Namun, selain nama Totti, ibu juga mengungkapkan nama Maradona.

Benar, dari ibu, saya bisa mengetahui nama Maradona, Mario Kempes, Ruud Gullit, dan tentunya Pele. Bahkan, sebenarnya juga tersisipkan nama Michael Jordan (legenda basket).

Sungguh, kalau ibu saya muda saat ini, pasti akan menjadi primadona di tengah penggemar olahraga/bola. Walau di sisi lain, saya tahu bahwa kesukaan ibu dengan bola tidak seadiksi orang kebanyakan.

Dia tahu batas. Itulah yang kemudian menular ke saya, sedikit.

Salah satunya, tidak fanatik pada satu klub. Bahkan, sampai saat ini saya kurang tahu klub apa yang ia suka, dan saya memang tidak ingin menanyakannya.

Hal itu yang membuat saya terinspirasi. Bukan soal menyembunyikan klub jagoannya, melainkan membuat klub yang bukan idaman juga dapat tempat di dalam proses mengapresiasi pertandingan.

Hal ini yang menurut saya jarang terjadi. Banyak orang masih mengedepankan klub idola jika harus berurusan tentang puji-memuji. Padahal, itu hal sepele.

Tinggal bilang cantik saja kenapa susah, jika memang cantik? Terlepas dari suka atau tidak, kalau memang cantik alangkah baiknya dikatakan demikian.

Begitu pula dalam hal bercerita tentang sepak bola. Ibu saya walau sangat mengedepankan manner, attitude, dan lifestyle, tetapi kalau dia melihat kehebatan pemain itu di lapangan, pasti akan mengatakan pemain itu hebat.

Hanya, dia pasti tidak akan menyukainya. Menariknya, setiap pemain yang dia sukai, rata-rata manner, lifestyle, dan attitude-nya bagus.

Seperti Totti, Bambas Pamungkang (maksudnya Bambang Pamungkas), juga Hendro Kartiko.

Tetapi, untuk pemain seperti David Beckham--dulu sewaktu muda di Man. United, tetap diakui bagus, walau dia tidak suka.

Hal ini kemudian bisa ditebak tentang bagaimana cara ibu saya menceritakan tentang Maradona. Dia mengakui nama besar Maradona.

Bahkan, di kepala saya dulu ada nama Maradona ketika ada kata bola--dan Argentina. Padahal, di usia yang masih kecil, bisa menyebut nama Marco van Basten, Gianfranco Zola, David James, atau Emmanuel Petit, itu sudah bagus.

Tetapi, begitulah anak-anak. Pasti lebih terobsesi dengan hal yang paling pertama diketahui, dibandingkan yang setelahnya.

Ibu saya memberikan kabar. Gambar: Dokumentasi Deddy HS
Ibu saya memberikan kabar. Gambar: Dokumentasi Deddy HS
Namun, seiring berjalannya waktu, nama Maradona mulai terkikis dan digantikan oleh nama-nama hebat era 2000-an seperti Ronaldinho, Kaka, Cristiano Ronaldo, juga tentunya Lionel Messi yang moncer di fase akhir era tersebut.

Saat nama-nama itu mengisi 'kepala bola' saya, di waktu yang sama, kisah tentang Maradona di masa lalu dan masa yang sedang berjalan itu dapat saya ketahui.

Saya pun mengetahui bagaimana statistiknya ketika bersama klub dan timnas. Mengapa nama Maradona lebih identik dengan Argentina daripada Napoli, alih-alih Barcelona.

Diego Maradona sangat dikenal pasca juara Piala Dunia bersama Timnas Argentina. Gambar: AP Photo/Carlo Fumagalli, File via Detik.com
Diego Maradona sangat dikenal pasca juara Piala Dunia bersama Timnas Argentina. Gambar: AP Photo/Carlo Fumagalli, File via Detik.com
Hal-hal semacam itu mulai mengisi wawasan saya tentang Maradona. Hingga pada akhirnya saya tahu, mengapa ibu saya tidak terlalu sering menyebut nama Maradona dibandingkan Oscar de la Hoya dan Mohammad Ali--dua legenda petinju.

Berdasarkan pemahaman itu pula, saya juga mengerti mengapa dulu saya hanya diizinkan untuk tahu tapi tidak sampai mengenal dan terobsesi dengan sepak bola. Siapa tahu, ketika saya benar menjadi pesepak bola, saya akan terjebak di situasi-situasi yang rumit.

Dari situ pula, saya memahami bahwa kita harus tahu mana yang disebut kesukaan, dan mana yang disebut masa depan.

Jadi, terima kasih ibu, sudah memperdengarkan nama Maradona. Walau saya tahu, mungkin seharusnya ada orang yang lebih tepat untuk menceritakan tentang Maradona kepada saya.

Tetapi, hal itu rupanya sudah cukup. Karena, percuma juga saya mengenal banyak tentang Maradona, jika saya tidak pernah menontonnya secara langsung saat bermain bola.

Tetapi, bagaimana pun itu, saya tetap sejalan dengan banyak orang, bahwa Maradona adalah legenda besar sepak bola dunia. Dia seperti Pele versi lain, yang sebenarnya merupakan cikal-bakal pemain depan modern saat ini.

Messi dan Maradona. Gambar: AFP/Juan Mabromata via Kompas.com
Messi dan Maradona. Gambar: AFP/Juan Mabromata via Kompas.com
Tidak perlu tinggi, juga tidak perlu pandai menyundul bola. Paling penting bisa menggocek bola, berlari kencang, dan melompat semaksimalnya.

Selamat jalan, Diego Armando Maradona. Namamu tetap abadi di pikiran pecinta sepak bola sepanjang masa.

Legenda sepak bola dunia, Diego Maradona meninggal (25/11). Gambar diolah dari: Getty Images/Tomas Cuesta via Detik.com
Legenda sepak bola dunia, Diego Maradona meninggal (25/11). Gambar diolah dari: Getty Images/Tomas Cuesta via Detik.com
Rest in Peace, Diego. Gambar diolah dari: DIBYANGSHU SARKAR/AFP via Detik.com
Rest in Peace, Diego. Gambar diolah dari: DIBYANGSHU SARKAR/AFP via Detik.com
~ Malang, 27 November 2020
Deddy Husein S.

Terkait:

Kompas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun