Berdasarkan pemahaman itu pula, saya juga mengerti mengapa dulu saya hanya diizinkan untuk tahu tapi tidak sampai mengenal dan terobsesi dengan sepak bola. Siapa tahu, ketika saya benar menjadi pesepak bola, saya akan terjebak di situasi-situasi yang rumit.
Dari situ pula, saya memahami bahwa kita harus tahu mana yang disebut kesukaan, dan mana yang disebut masa depan.
Jadi, terima kasih ibu, sudah memperdengarkan nama Maradona. Walau saya tahu, mungkin seharusnya ada orang yang lebih tepat untuk menceritakan tentang Maradona kepada saya.
Tetapi, hal itu rupanya sudah cukup. Karena, percuma juga saya mengenal banyak tentang Maradona, jika saya tidak pernah menontonnya secara langsung saat bermain bola.
Tetapi, bagaimana pun itu, saya tetap sejalan dengan banyak orang, bahwa Maradona adalah legenda besar sepak bola dunia. Dia seperti Pele versi lain, yang sebenarnya merupakan cikal-bakal pemain depan modern saat ini.
Selamat jalan, Diego Armando Maradona. Namamu tetap abadi di pikiran pecinta sepak bola sepanjang masa.
Deddy Husein S.
Terkait:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H