Tertinggal 0-1 sebenarnya bukan permasalahan besar. Karena, setiap tim yang masih tertinggal 1 gol, masih punya peluang untuk menang.
Artinya, ada permasalahan lain yang membuat Inter harus bekerja lebih keras. Permasalahan itu adalah kehilangan 1 pemain karena kartu merah (33'), dan itu adalah Arturo Vidal.
Pertanyaan pun muncul, yaitu mau sampai kapan Antonio Conte bergantung pada Vidal?
Sedari awal kedatangan Vidal ke Giuseppe Meazza, itu sudah menjadi pertanda ada yang tidak beres pada transfer atau pun keputusan Conte. Mengapa demikian?
Karena, di awal musim ini, Conte sempat tidak memasukkan nama Radja Nainggolan sebagai bagian dari proyeknya. Padahal, secara karakter permainan Nainggolan seperti Vidal. Keras, berbahaya, dan tentunya bengal.
Begitu pula dengan ketidakcocokan Conte dengan Marcelo Brozovic, khususnya dalam hal di luar lapangan. Padahal, Vidal pun banyak tingkah di luar lapangan.
Itu artinya seperti menumpahkan kopi lalu mengisi cangkirnya juga dengan kopi. Apa bedanya?
Mungkin, rasanya sedikit berbeda. Tetapi, tetap saja itu kopi, alias sama-sama biang keroknya asam lambung.
Artinya, keberadaan Vidal kini seperti sumber konflik latennya Inter di lapangan. Ditambah dengan arogansinya di konferensi pers--menjadi bumerang sejak di Barcelona, dan itu bisa menjadi pengganggu harmoni Inter yang seharusnya diperbaiki pasca kegagalan mereka di final Liga Europa 2019/20.
Vidal memang pemain berkualitas di posisinya. Namun, Inter sepertinya sudah tidak membutuhkannya. Apalagi, melihat permainannya di laga kontra Real Madrid ini. Dia memberikan kerugian kepada tim.