Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Conte dan Vidal, Bagai "Cinta Dibalas Air Tuba"

26 November 2020   10:16 Diperbarui: 26 November 2020   10:37 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antonio Conte memberikan instruksi di laga Inter Milan vs Real Madrid (26/11). Gambar: Inter.it

Pertandingan keempat fase grup pada hari kedua terdapat laga besar, yaitu Inter Milan vs Real Madrid (26/11). Kedua tim tersebut memiliki misi yang sama, mencari kemenangan untuk mengamankan posisi di grup.

Meskipun, mereka sebenarnya sama-sama favorit untuk lolos dari babak grup, ternyata hal itu tidak mudah. Keduanya sangat kesulitan menghadapi kompetitor grup, yaitu Borussia Monchengladbach dan Shakhtar Donetsk.

Itulah mengapa, duel ini sangat menentukan. Khususnya bagi Inter Milan, mereka harus menang agar dapat membalas kekalahan di pertemuan pertama. Jika menang, mereka akan lebih besar peluangnya untuk lolos daripada jika kalah di laga ini.

Sedangkan bagi Real Madrid, mereka butuh kemenangan untuk memperingan tugas mereka di laga-laga selanjutnya. Mereka pun diharapkan tampil lebih baik, dan mengulangi hasil positif di pertemuan pertama.

Laga pun dimulai dengan penyajian permainan yang berbeda dari kedua tim. Sedikit di luar dugaan, Real Madrid lebih mengambil inisiatif daripada Inter.

Namun, keputusan skuad asuhan Zinedine Zidane itu tergolong tepat. Mereka harus melakukan itu agar tidak seperti kejadian dramatis saat bermain di laga kandang sebelumnya.

Jika ingin menang di laga tandang, Real Madrid memang harus bermain seperti babak pertama. Lebih sering menempatkan bola di area pertahanan lawan, yang artinya memperbesar risiko pemain lawan untuk membuat kesalahan.

Pada sisi lain, itu akan meminimalisir adanya kesalahan di lini belakang timnya. Apalagi, di laga ini Real Madrid tanpa Sergio Ramos, maka ada bayang-bayang jika mereka akan kesulitan bermain tenang dan terorganisir saat bertahan.

Namun, kekhawatiran itu tidak terjadi. Nacho yang menjadi duet Raphael Varane ternyata dapat bermain bagus. Itu membuat Real Madrid semakin fokus untuk mengarungi babak pertama, minimal dengan keunggulan satu gol.

Target itu terealisasi ketika Real Madrid mendapatkan penalti. Gol tercipta lewat kaki Eden Hazard (7'), dan skor berubah 0-1 untuk keunggulan Real Madrid.

Hazard cetak gol. Gambar: Twitter/ChampionsLeague
Hazard cetak gol. Gambar: Twitter/ChampionsLeague
Perubahan skor itu menjadi pemandangan yang tidak bagus bagi tuan rumah. Namun, bukan itu pangkal permasalahan bagi Inter Milan.

Tertinggal 0-1 sebenarnya bukan permasalahan besar. Karena, setiap tim yang masih tertinggal 1 gol, masih punya peluang untuk menang.

Artinya, ada permasalahan lain yang membuat Inter harus bekerja lebih keras. Permasalahan itu adalah kehilangan 1 pemain karena kartu merah (33'), dan itu adalah Arturo Vidal.

Vidal dapat kartu merah karena protes terus. Gambar: EPA via Thesun.co.uk
Vidal dapat kartu merah karena protes terus. Gambar: EPA via Thesun.co.uk
Sepertinya sudah kesekian kalinya Vidal melakukan indikasi-indikasi yang dapat merugikan Inter Milan di paruh awal musim ini. Bahkan, Vidal juga menjadi sosok yang "tidak terlihat" di laga tandang Inter di Stadion Alfredo di Stefano, Madrid.

Pertanyaan pun muncul, yaitu mau sampai kapan Antonio Conte bergantung pada Vidal?

Sedari awal kedatangan Vidal ke Giuseppe Meazza, itu sudah menjadi pertanda ada yang tidak beres pada transfer atau pun keputusan Conte. Mengapa demikian?

Karena, di awal musim ini, Conte sempat tidak memasukkan nama Radja Nainggolan sebagai bagian dari proyeknya. Padahal, secara karakter permainan Nainggolan seperti Vidal. Keras, berbahaya, dan tentunya bengal.

Begitu pula dengan ketidakcocokan Conte dengan Marcelo Brozovic, khususnya dalam hal di luar lapangan. Padahal, Vidal pun banyak tingkah di luar lapangan.

Itu artinya seperti menumpahkan kopi lalu mengisi cangkirnya juga dengan kopi. Apa bedanya?

Mungkin, rasanya sedikit berbeda. Tetapi, tetap saja itu kopi, alias sama-sama biang keroknya asam lambung.

Artinya, keberadaan Vidal kini seperti sumber konflik latennya Inter di lapangan. Ditambah dengan arogansinya di konferensi pers--menjadi bumerang sejak di Barcelona, dan itu bisa menjadi pengganggu harmoni Inter yang seharusnya diperbaiki pasca kegagalan mereka di final Liga Europa 2019/20.

Vidal memang pemain berkualitas di posisinya. Namun, Inter sepertinya sudah tidak membutuhkannya. Apalagi, melihat permainannya di laga kontra Real Madrid ini. Dia memberikan kerugian kepada tim.

Memang, ada tim-tim yang masih dapat menang atau selamat dari kekalahan ketika bermain dengan 10 pemain. Tetapi, kali ini hal itu sulit terjadi pada Inter. Mengapa?

Pertama, Real Madrid sudah menyiapkan taktik yang tepat untuk dijalankan di babak pertama dan babak kedua. Pada babak pertama, penggambarannya sudah sedemikian rupa. Sedangkan pada babak kedua, mereka cenderung bertahan dan mengincar serangan balik.

Saat bertahan, mereka berkumpul dengan rapat, membuat pemain Inter Milan kesulitan membongkarnya. Sedangkan saat menyerang, mereka menempatkan para pemain pada sisi-sisi yang sesuai petanya, alias mengisi ruang kosong dan lebar lapangan.

Itu membuat Inter harus menggunakan zona marking dan menempatkan 1-2 pemain sebagai perebut bola. Artinya, Real Madrid saat menguasai bola selalu ingin menguras tenaga 9 pemain Inter Milan--terlihat pada Barella yang tertangkap kamera kelelahan.

Praktik itu dijalankan dengan sangat rapi, dan bisa dikatakan cukup sempurna. Mereka mampu menghindarkan diri dari kemungkinan terjadi human error di lini pertahanan, dan hal itu dipindahkan ke Inter dengan salah satu buktinya ada pada Vidal (babak pertama) dan Sensi (babak kedua).

Kedua, pergantian pemain pada Inter Milan. Ada kontradiksi yang langsung muncul di awal babak kedua, yaitu Lautaro Martinez diganti Ivan Perisic.

Pergantian itu sebenarnya cukup dimengerti. Conte ingin tetap menyerang meski hanya ada 10 pemain di lapangan. Namun, sebenarnya pergantian pemain yang melibatkan Bastoni dengan Danilo D'Ambrosio sebenarnya sudah cukup untuk mengarungi awal babak kedua.

Perisic masuk menggantikan Lautaro Martinez. Gambar: Inter.it
Perisic masuk menggantikan Lautaro Martinez. Gambar: Inter.it
Jika Conte memang ingin tetap imbang antara bertahan dan menyerang, maka hal ini bisa dicoba dengan menggeser Ashley Young untuk menjadi penyerang sayap. Majunya Young berarti harus ada pergeseran di lini belakang.

Pemain yang paling memungkinkan adalah D'Ambrosio. Dia akan membentuk trio dengan Stefan De Vrij dan Milan Skriniar.

Beban menyerang bisa diamanatkan ke Young, Hakimi, dan Barella. Mereka tetap mendukung Lukaku dan Martinez.

Baru jika skema tidak berjalan 10-15 menit, Young diganti Perisic, Hakimi diganti Sanchez. Lima menit kemudian, masukkan Eriksen untuk menggantikan Gagliardini. Pergantian pada Gagliardini harus terjadi, karena pemain ini sering turut menyerang meski dia seharusnya ada di poros tengah untuk berjaga-jaga terhadap serangan balik lawan.

Namun, jika dia turut menyerang, lebih baik dia diganti oleh Eriksen yang jelas punya visi menyerang. Barella bisa digeser sementara ke belakang untuk sekadar membantu Eriksen mengambil bola dari belakang.

Sebenarnya, ini memang sangat tidak ideal. Tetapi, sebagai tuan rumah, berani menyerang adalah harga mati, ditambah jika sedang tertinggal.

Hal ini yang sebenarnya patut dipertanyakan pula. Karena Conte masih cenderung main aman. Dia tidak berani mengubah taktiknya yang suka menyerang dari sayap.

Padahal, jika dia sudah kehilangan 1 pemain, apalagi pemain itu ada di lini tengah, maka sebaiknya permainan harus diubah. Inter harus mencoba menyerang dari tengah. Bermain rapat.

Mereka tetap bisa menempatkan pemain di sayap, tetapi itu untuk rencana cadangan atau kejutan. Selain itu, menyerang dari tengah juga memungkinkan untuk terjadi duel di area depan pertahanan lawan.

Jika itu terjadi, dan sudah masuk pemain-pemain yang sudah disebutkan itu, maka kemungkinan terjadinya gol masih ada. Ini yang berbeda jika bermain dari sayap. Kalaupun ada pelanggaran, pasti tidak terlalu berbahaya.

Menyerang dari sayap juga akan monoton seperti yang dilakukan Perisic. Semua pemain Real Madrid sudah pasti tahu, bahwa akan ada upaya umpan-umpan silang yang dirancang untuk Lukaku. Padahal, Inter akan sangat berbahaya jika bermain kombinasi 1-2-3 pemain tepat di depan kotak penalti.

Penggambaran faktor kedua ini memang cukup rumit, karena kaitannya dengan pergantian pemain dan percobaan mengubah taktik. Conte memang akan kesulitan melakukannya, tetapi dia juga harus siap dengan konsekuensi dari taktik yang dipilih, termasuk menurunkan andalannya saat ini, Vidal.

Sebagai pelatih, tentu Conte tahu karakter pemainnya, apalagi yang berstatus pilihannya. Itulah mengapa, dia harus menyiapkan rencana-rencana buruk. Termasuk mengubah formasi andalan. Jika biasanya Conte menggunakan formasi 3 bek, maka dengan kejadian di laga ini, dia seharusnya mencoba menggunakan formasi 4 bek.

Jika harus bermain dengan 10 pemain (formasi 4-1-1-3/4-2-3). Gambar: Dokumentasi Deddy HS
Jika harus bermain dengan 10 pemain (formasi 4-1-1-3/4-2-3). Gambar: Dokumentasi Deddy HS
Formasi lainnya (4-3-2). Gambar: Dokumentasi Deddy HS
Formasi lainnya (4-3-2). Gambar: Dokumentasi Deddy HS
Tentang bagaimana lini tengah dan depannya, itu tinggal menyesuaikan saja pemain yang ada. Apalagi, di Inter masih ada pemain-pemain yang multiposisi, maka itu bisa dimanfaatkan.

Young seharusnya dimanfaatkan dalam penyerangan. Gambar: Twitter/Inter
Young seharusnya dimanfaatkan dalam penyerangan. Gambar: Twitter/Inter
Namun, pada akhirnya laga memang harus tuntas dengan skor 0-2 untuk kemenangan Real Madrid atas Inter Milan. Itu artinya, sudah telanjur 'ajur' bagi Inter, dan mereka tidak bisa mengelak dari nasib buruk di laga ini.

Hanya, yang menjadi misteri pada laga-laga selanjutnya adalah tentang keputusan Conte ke depan. Apakah dia masih senang memainkan Vidal atau tidak. Bagaimana menurut pembaca?

Klasemen hasil matchday 4. Gambar: Twitter/ChampionsLeague
Klasemen hasil matchday 4. Gambar: Twitter/ChampionsLeague
~ Malang, 26 November 2020

Deddy Husein S.

Terkait:
Kompas.com, Detik.com, Metro.co.uk, Thesun.co.uk.
Baca juga: Kritikan untuk Conte

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun