Sedangkan, kalau saya berada di tempat negatif, maka perlawanan saya bisa memberikan hasil positif.
Artinya, di dalam upaya melakukan perlawanan, perlu dilihat juga di mana atau seperti apa konteksnya. Amati dulu, dan analisis dulu dua hal tersebut.
Setelahnya, baru diputuskan tindakannya. Melawan atau bertahan.
Pertimbangan itu yang kemudian saya terapkan di kasus saya. Saya mencoba menganalisis dulu konteksnya dan di mana saya berada.
Ternyata konteksnya memang ada dalam pertautan antara tantangan dan ketidakmampuan. Bahkan, juga keengganan.
Terkadang, atau malah sering, saya merasa enggan untuk mengikuti tantangan yang ada. Saya sering mengedepankan keinginan atau atas dasar kemampuan saya.
Itu membuat saya tidak memperoleh hasil yang seperti orang lain dapatkan. Orang lain lebih fleksibel, dan berani berdarah-darah. Saya tidak.
Itulah yang membuat saya belum kunjung melawan. Karena, saya pikir (mungkin) permasalahannya ada di diri sendiri.
Analisis kedua adalah tempatnya. Saya mengamati tempat yang saya huni ternyata cukup positif.
Masih saya bilang cukup, karena tidak ada tempat yang sepenuhnya positif. Pasti ada saja ruang-ruang negatif di dalamnya, entah kecil atau sedang.
Namun, dalam menilainya saya juga perlu melakukan komparasi. Tidak elok menilai sebuah tempat tanpa ada referensi tempat yang berbeda untuk menemukan bagus-tidaknya tempat itu.