Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersyukur Kok Susah Banget

11 November 2020   11:54 Diperbarui: 11 November 2020   12:07 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun saya tidak perlu menjadi penghuni tempat lain, saya sudah merasa cukup tahu poin-poin mana yang bisa dibandingkan ketika saya menjadi pengunjung di tempat lain.

Selain itu, saya juga menggunakan sedikit pengalaman, yaitu tentang 'apa yang Anda suguhkan adalah yang terbaik'. Ini bisa dilihat contohnya dari kebiasaan orang zaman sekarang di media sosial.

Pernahkah, kita mengunggah penampakan rumah berantakan di media sosial?

Mungkin ada yang pernah, demi konten tertentu, misalnya konten horor atau kampanye minta bantuan sosial. Selebihnya, nyaris mustahil.

"We show what's best".

Pemikiran semacam ini juga tidak muncul serta-merta. Misalnya, dari pengalaman saya menjadi bagian dari organisasi atau suatu pekerjaan, yang kemudian memperlihatkan bagaimana perbedaan di luar dan di dalam tempat itu.

Hal ini juga yang kemudian menjadi modal saya dalam menganalisis tempat saya. Sejauh ini, saya masih merasa aman. Itu artinya, masih positif.

Jika sudah demikian, maka tidak mungkin saya memilih pergi atau melawan. Saya justru ingin mengikuti aturan mainnya.

Sejauh itu tidak merusak karakter saya, dan malah membantu membangunkan kemampuan saya, maka itu akan saya arungi. Bagaimana dengan timbal-baliknya?

Timbal-balik yang berbeda. Gambar: Shutterstock via Sleekr.co
Timbal-balik yang berbeda. Gambar: Shutterstock via Sleekr.co
Inilah yang paling sulit untuk ditekankan. Apakah saya ikhlas atau tidak dalam menerimanya.

Namun, agar saya tidak pusing kepanjangan dan sakit hati, maka saya mencoba membandingkan apa yang saya lakukan dengan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun