Pertanyaan itu tidak bisa sepenuhnya dijawab sendiri oleh kaum suporter. Pihak federasi juga perlu ambil bagian dalam hal bertanggungjawab terhadap kenakalan suporter Indonesia.
Janganlah hanya berpikir tentang bagaimana cara menghindari kerusuhan, namun bagaimana cara menghadapi kerusuhan. Jika pada akhirnya sepak bola di Indonesia dipenuhi kerusuhan, maka hadapilah kerusuhan itu.
Hajar dengan hukum yang tegas dan logis. Jika kemudian dikeroyok suporter ataupun yang disebut oknum suporter, hadapilah dengan pembeberan data dan fakta atas apa yang melandasi mereka untuk harus membuat keputusan besar itu.
Jangan pernah main sembunyi-sembunyi di era digital semacam ini! Manchester City saja dapat diluluhlantakkan oleh seorang hacker, bukan?
Jika tidak ingin berisiko terhadap pengelolaan uang-uang hasil denda tersebut, maka buatlah kebijakan yang benar-benar tanpa denda namun sangat kejam. Seperti apa yang sudah terungkap di atas. Menghukum klub dengan pertandingan tanpa penonton selama semusim penuh itu sudah sangat merugikan bagi klub dan suporter.
Jadi, bagaimana PSSI? Apakah kita akan bermain aman namun tak pernah dapat meruntuhkan penyakit kerusuhan di suporter sepak bola Indonesia, atau sebaliknya? Tegas namun sangat menyakitkan.
Selamat menggilai sepak bola dengan rasionalitas tinggi!
Selamat Persebaya dan selamat Jawa Timur yang dapat berpesta! Semoga pesta itu adalah milik Indonesia juga.
Malang, 20-02-2020
Deddy Husein S.
Berita terkait:
Kompas.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H