Inilah yang sebenarnya disayangkan terhadap penyelenggaraan acara ini. Karena terkesan seperti acara yang disebar dari mulut ke mulut dan baru akan muncul ke permukaan ketika sudah ada hasilnya. Inilah yang membuat masyarakat kita masih seperti orang-orang yang hanya suka mengumbar keberhasilan dan kegagalan namun tidak menunjukkan prosesnya. Apalagi jika itu menyangkut pada acara seperti Gebyar HAN dan GERNASBAKU. Salah satu acara yang pasti akan dikenang oleh anak-anak tersebut ketika mereka nanti tumbuh dan berkembang, lalu mencari jejak masa kecilnya. Namun, bagaimana jika mereka sulit menemukannya?
Dari sini kita bisa berharap bahwa kedepannya, pihak penyelenggara Gebyar HAN dan GERNASBAKU lebih memperhatikan soal kesiapan mereka menyelenggarakan ini secara proses. Tidak perlu mengejar jumlah yang fantastis, namun buatlah acara yang sangat memorable, khususnya bagi anak-anak tersebut. Mereka (di zaman sekarang) tidak butuh banyak bertemu dengan yang seusianya, mereka hanya butuh tetap bersama teman-temannya dari sekolahnya dan orang-orang terdekatnya (guru dan orangtua) dalam merayakan acara tersebut.
Begitu pula dalam hal pemilihan tempat. Jika Stadion Gajayana terlalu luas, digunakan latihan klub sepakbola (ada jadwal ketat dalam penggunaan venue), dan ada pagar-pagar yang berbahaya, mengapa tidak menggunakan Lapangan Rampal saja? Karena di situ juga lebih mudah mobilisasi anaknya walau secara keamanan harus ekstra ketat agar tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satu cara agar keamanan terjamin, dapat diterapkan dengan pemberlakuan nametag/ID Card pada guru dan wali murid. Sehingga, yang dapat masuk adalah orang-orang tertentu, namun masyarakat biasa juga masih dapat menonton dengan pemberlakuan zona menonton yang berbeda dengan pengguna IDC.
Jadi, sebenarnya masih ada cara untuk kembali menyelenggarakan Gebyar HAN ini dengan bentuk yang lebih menarik dan seimbang antara kualitas dan kuantitas. Kalaupun berat sebelah, diharapkan perbedaannya tidak terlalu besar dan masih dapat dimaklumi sebagai standar acaranya anak-anak. Poin terpentingnya tentunya adalah kebahagiaan anak-anak, bukan hanya sebatas visi-misi dalam mengarahkan anak-anak untuk ke mana, melainkan menumbuhkan semangat mereka untuk terus menikmati masa kecilnya. Karena, itulah yang akan mereka ingat.
Selamat Hari Anak Nasional untuk adik-adik, anak-anak, dan cucu-cucu kita semua! Semoga mereka menjadi pelita yang lebih terang dari kita.
Tulungagung, 27 Juli 2019
Deddy Husein S.
Ditulis berdasarkan informasi dari seorang guru TK, Mbak Safira. Best regards!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H