Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semarak Gebyar HAN 2019 dan GERNASBAKU di Kota Malang

27 Juli 2019   17:47 Diperbarui: 27 Juli 2019   17:54 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Inilah yang sebenarnya disayangkan terhadap penyelenggaraan acara ini. Karena terkesan seperti acara yang disebar dari mulut ke mulut dan baru akan muncul ke permukaan ketika sudah ada hasilnya. Inilah yang membuat masyarakat kita masih seperti orang-orang yang hanya suka mengumbar keberhasilan dan kegagalan namun tidak menunjukkan prosesnya. Apalagi jika itu menyangkut pada acara seperti Gebyar HAN dan GERNASBAKU. Salah satu acara yang pasti akan dikenang oleh anak-anak tersebut ketika mereka nanti tumbuh dan berkembang, lalu mencari jejak masa kecilnya. Namun, bagaimana jika mereka sulit menemukannya?

Wefie para guru TK yang terasa kurang, karena tidak ada background menarik (banner/wall of fame). (Dokpri/Safira)
Wefie para guru TK yang terasa kurang, karena tidak ada background menarik (banner/wall of fame). (Dokpri/Safira)

Dari sini kita bisa berharap bahwa kedepannya, pihak penyelenggara Gebyar HAN dan GERNASBAKU lebih memperhatikan soal kesiapan mereka menyelenggarakan ini secara proses. Tidak perlu mengejar jumlah yang fantastis, namun buatlah acara yang sangat memorable, khususnya bagi anak-anak tersebut. Mereka (di zaman sekarang) tidak butuh banyak bertemu dengan yang seusianya, mereka hanya butuh tetap bersama teman-temannya dari sekolahnya dan orang-orang terdekatnya (guru dan orangtua) dalam merayakan acara tersebut.

Begitu pula dalam hal pemilihan tempat. Jika Stadion Gajayana terlalu luas, digunakan latihan klub sepakbola (ada jadwal ketat dalam penggunaan venue), dan ada pagar-pagar yang berbahaya, mengapa tidak menggunakan Lapangan Rampal saja? Karena di situ juga lebih mudah mobilisasi anaknya walau secara keamanan harus ekstra ketat agar tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satu cara agar keamanan terjamin, dapat diterapkan dengan pemberlakuan nametag/ID Card pada guru dan wali murid. Sehingga, yang dapat masuk adalah orang-orang tertentu, namun masyarakat biasa juga masih dapat menonton dengan pemberlakuan zona menonton yang berbeda dengan pengguna IDC.

Jadi, sebenarnya masih ada cara untuk kembali menyelenggarakan Gebyar HAN ini dengan bentuk yang lebih menarik dan seimbang antara kualitas dan kuantitas. Kalaupun berat sebelah, diharapkan perbedaannya tidak terlalu besar dan masih dapat dimaklumi sebagai standar acaranya anak-anak. Poin terpentingnya tentunya adalah kebahagiaan anak-anak, bukan hanya sebatas visi-misi dalam mengarahkan anak-anak untuk ke mana, melainkan menumbuhkan semangat mereka untuk terus menikmati masa kecilnya. Karena, itulah yang akan mereka ingat.

Ragam ekspresi mereka yang menarik untuk dinantikan masa depannya. (Dokpri/Safira)
Ragam ekspresi mereka yang menarik untuk dinantikan masa depannya. (Dokpri/Safira)

Selamat Hari Anak Nasional untuk adik-adik, anak-anak, dan cucu-cucu kita semua! Semoga mereka menjadi pelita yang lebih terang dari kita.

Tulungagung, 27 Juli 2019
Deddy Husein S.

Ditulis berdasarkan informasi dari seorang guru TK, Mbak Safira. Best regards!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun