Jika bagi pemain muda, kebutuhan jam terbang akan memengaruhi mentalitas. Sedangkan bagi pemain senior, harus ada sinkronisasi terhadap level kebugaran dengan durasi pertandingan. Sehingga, bermain di kompetisi jangka pendek akan diupayakan lebih maksimal dan efisien dibandingkan mencari kesempatan ataupun pengalaman.Â
Biasanya, pemain senior akan benar-benar memaksimalkan peluang mereka untuk menggapai hasil tertinggi. Sehingga, kehadiran mereka diperlukan untuk mendorong lebih lagi untuk menggapai target.
Meski begitu, menit bermain di level klub dan penjagaan kualitas bermain tetap diperlukan bagi pemain senior. Agar mereka tidak kehilangan sentuhannya ataupun gagal memberikan persaingan sengit ke pemain-pemain yang lebih muda---yang biasanya hanya mengandalkan tenaga.Â
Di sinilah kemudian muncul persaingan (positif) antara pemain naturalisasi yang sudah berusia matang, dengan pemain murni Indonesia yang masih muda (dan penuh semangat).
Bukan rahasia lagi jika Indonesia sedang krisis pemain depan sejak menurunnya performa Bambang Pamungkas yang kemudian memutuskan pensiun dari timnas. Termasuk sudah berkurangnya panggilan timnas kepada Boaz Solossa ataupun striker naturalisasi yang sukses tampil ciamik di Piala AFF 2010, Cristian Gonzales.
Faktor umur dikabarkan menjadi pertimbangan dari absennya Cristian Gonzales dari timnas sejak beberapa tahun terakhir.
Praktis, timnas kembali bergantung pada pemain murni Indonesia. Meski tetap diakui bahwa timnas masih belum menemukan pemain trengginas dalam urusan mencetak gol. Hal inilah yang kemudian membuat nama-nama naturalisasi seperti yang disebut sebelumnya sempat menjadi pilihan.Â
Namun, tetap saja, timnas Indonesia butuh pemain yang segar. Tidak hanya kualitas, namun juga kebutuhan jangka panjang.
Jika berupaya memenuhi target kualitas dan jangka pendek, maka keberadaan pemain naturalisasi akan dapat disebut sebagai pilihan tepat. Namun, bagaimana jika pemain naturalisasi juga tidak bermain bagus?Â
Ditambah pula dengan fakta yang tidak bisa dihindari, yaitu faktor usia mereka yang kemungkinan hanya dapat mengabdi 2-4 tahun saja. Maksimal 6 tahun, jika memang ada pemain yang masih mampu menjaga kualitasnya sampai usia paling mentok 36-40 tahun. Karena, rata-rata pemain yang dinaturalisasi sudah menginjak usia 30-an tahun.
Hal ini yang kemudian membuat timnas Indonesia masih membutuhkan pemain depan murni dari tanah air Indonesia. Namun, entah karena faktor kompetisi liga yang memang lebih banyak dikuasai permainannya oleh pemain asing atau kurangnya kompetisi junior yang kemudian membuat regenerasi berjalan lambat atau bahkan tidak ada.Â