Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Debat Pilpres Putaran Kedua: Jokowi Optimis-Realistis, Prabowo Gentleman

18 Februari 2019   12:44 Diperbarui: 18 Februari 2019   14:13 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pasca debat putaran kedua. (bbc.com)

Tidak hanya itu, di sesi Inspiratif Prabowo juga (sepertinya) berusaha mengungkapkan kinerja menteri Keuangan yang tidak maksimal dalam mengelola keuangan negara. Hal ini sebenarnya terlihat wajar untuk dilakukan oleh pihak capres nomor 02 sebagai calon yang harus berani 'mengobok-obok' kekurangan kinerja dari masa kepemimpinan Jokowi. karena, Jika tidak demikian, maka, masyarakat juga tidak mampu menilai apa kekurangan dari kinerja pemerintah sebelumnya.

Secara manusiawi pula, Jokowi mengamini jika kinerjanya sebagai kepala negara yang memimpin pemerintah untuk menghidupi negara seperti Indonesia pastinya memiliki kekurangan dan oleh karena itu, langkah pastinya adalah memperbaikinya---dengan kesempatan untuk lanjut lagi.

Sedangkan di pihak Prabowo, Indonesia bisa tetap maju apabila Prabowo bertindak secara gentle-man seperti yang beliau lakukan di tiga sesi terakhir, khususnya di sesi Eksploratif. Melalui sikapnya tersebut, seharusnya beliau juga melakukan hal serupa ketika (seandainya) terpilih sebagai presiden. Artinya, tidak menutup kemungkinan bahwa beliau dengan kelapangan hati dan profesionalitas tinggi untuk melanjutkan dan mengembangkan program-program yang sudah dijalankan  oleh pemerintahan sebelumnya---jika memang secara fakta bagus/diterima masyarakat.

Prabowo perlu melakukan hal ini karena, posisi beliau dan Sandiaga Uno (sebagai cawapresnya) adalah dua orang baru dalam menempati peran sebagai 'ujung pedang'. Hal ini sangat berbeda dengan Jokowi saat ini, termasuk Jokowi di masa sebelumnya. Jokowi saat itu memiliki Jusuf Kalla yang pernah menjadi wapresnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sehingga, Jokowi ketika terpilih, tahu persis apa yang akan dia lakukan melalui diskusi besar bersama wapresnya baik pra-pilpres maupun pasca pilpres.

Sehingga, bukan hal yang buruk bagi Prabowo-Sandi jika mereka harus menindaklanjuti program yang positif bagi negara dan masyarakat serta mewujudkan janjinya sebagai pihak yang akan memberikan strategi yang berbeda ketika menghadapi permasalahan negara dan masyarakat.

Melalui karakter Prabowo sebagai pengusaha dan berlatarbelakang militer, tentu bukan hal yang mudah untuk dihilangkan cara kerjanya. Maksudnya, tanda-tanda dirinya (Prabowo) sebagai seorang petarung di arena militer rupanya akan dilakukan ketika menghadapi permasalahan negara. Bukan hal yang 100% buruk, namun juga akan sedikit berbeda bagi masyarakat Indonesia jika dihadapkan pada situasi yang paling buruk, yaitu perang. Entah perang senjata, ataupun perang online.

Kedua hal ini sama-sama berbahaya jika sampai terjadi. Kita patut ingat pada masa akhir kepemerintahan SBY (tahun 2012-an) bahwa Indonesia dan dunia sedang dihadapkan pada fenomena cyber war. Perang internet dengan aksi para hacker yang merajalela masuk ke dalam tubuh negara-negara dan jika ini terjadi (lagi), maka, dunia juga bisa hancur, termasuk Indonesia. Walau memang bukan dengan kematian yang bersimbah darah secara langsung.

Maka dari itu, ketegasan itu perlu, namun, harus ada trik atau strategi yang tepat, agar ketegasan itu tidak menimbulkan kesalahan dan perpecahan.
Hal inilah yang kemudian membedakan antara Jokowi dengan Prabowo sebagai kepala negara nantinya. Jokowi dengan karakter utuhnya sebagai manusia biasa yang hanya akan menyerang ketika sangat berbahaya dan menganggap sudah tidak ada solusi lain selain menyerang (walau ini memang terkesan sangat lambat responnya).

Sedangkan Prabowo adalah orang yang akan berupaya tinggi untuk menggertak mundur secara cepat yang jika tidak diantisipasi lebih lanjut, bisa terkena serangan balik yang dapat merugikan. Sisi positif dari Prabowo adalah sosok yang berani, namun, keberanian ini harus ditunjang dengan ketelitian dan itulah pentingnya keberadaan pihak di sisinya maupun di belakangnya, yaitu wakilnya dan pemerintah secara menyeluruh.

Jika di debat putaran pertama, (menurut penulis) situasi 01 dan 02 adalah 90% untuk 01 dan 10% untuk 02. Maka, saat ini situasinya berubah menjadi 80% untuk 01, dan 20% untuk 02. Perubahan akan terjadi di debat selanjutnya. Maka dari itu, seyogyanya kita dapat terus mengikuti rangkaiannya untuk tahu pasti---terlepas dari suka/tidaknya dengan politik---tentang potensi-potensi yang dapat terjadi bagi Indonesia ke depannya jika di antara kedua paslon ini terpilih salah satunya.


Malang, 18 Februari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun