Setelah debat-mendebat argumentasi mengenai pertanyaan dari Prabowo tentang impor-mengimpor tersebut. Jokowi mendapat giliran untuk bertanya ke Prabowo. Kurang lebih pertanyaannya adalah "Infrastruktur apa yang akan dibangun untuk membantu 'unicorn'---media usaha yang berbasis online di Indonesia?"
Jawaban dari Prabowo, "langkah pemerintah adalah mengurangi batasan-batasan yang menghambat kinerja mereka (unicorn) dan mendukung mereka termasuk perlu adanya fasilitas untuk pebisnis (online) tersebut."
Di sesi ini juga menghadirkan argumentasi tambahan yang sepertinya dapat menunjang ide mereka terhadap pembangunan di Indonesia. Menurut Jokowi, harus ada keseimbangan antara kebutuhan konsumen dan kebutuhan petani/produsen. Begitupula dengan dukungan SDA. Contoh di NTT yang kesulitan dalam bercocoktanam, maka dibangunlah bendungan/waduk yang dapat menyuplai kebutuhan air.
Indonesia awalnya hanya memiliki 11% suplai air, yang kemudian dibangunlah 49 bendungan/waduk yang kini menyuplai air 20%. Proyek ini bahkan masih akan berlanjut. Mengenai unicorn/start-up, Jokowi menyatakan bahwa di ASEAN terdapat 11 unicorn dengan 4 di antaranya berada di Indonesia. Artinya, Indonesia perlu meningkatkan lagi hal ini dan saat ini dikabarkan sedang diproyeksikan sekitar 1000 (calon) unicorn. Tambahnya, regulasi harus dibuat untuk dapat memfasilitasi mereka.
Sedangkan menurut Prabowo, di Indonesia terjadi suatu disparitas atau adanya dominasi pihak-pihak tertentu yang jika dibiarkan (tanpa kontrol dari pemerintah) dapat berbahaya. Termasuk adanya uang-uang yang tersimpan di luar negeri dibandingkan uang-uang berada di dalam negeri.
Di sesi pamungkas, kedua capres diperkenankan untuk memberikan pernyataan sebagai penutup di debat kedua ini. Dari Jokowi, ada penekanan terhadap realitas bahwa menjadi pemimpin negara sebesar Indonesia bukan perkara mudah. Beliau juga menyatakan rasa bersyukurnya terhadap pengalamannya dalam memimpin dengan pernah menjadi Walikota (Solo), Gubernur (DKI Jakarta), dan Presiden (2014-2019). Berbekal pada pengalamannya tersebut beliau menggagaskan upaya untuk 'Indonesia Maju dan Sejahtera'.
Sedangkan bagi Prabowo, pihaknya akan memegang teguh falsafah keadilan dan negara harus hadir di dalam upaya mengatasi kesenjangan. Beliau juga menekankan pada penerapan pasal 33 UUD 1945 dalam masa kepemerintahannya.
Melihat hasil debat tersebut, kira-kira seperti apakah bentuk Indonesia di tangan Jokowi ataupun Prabowo jika salah satu di antara mereka menjadi Presiden Republik Indonesia (2019-2024)?
Bagi penulis, Indonesia akan tetap melaju ke depan baik itu bersama Jokowi ataupun Prabowo. Jika melihat hasil kerja Jokowi saat ini, maka, tidak akan cukup kesulitan bagi Jokowi untuk melanjutkan segala program yang sedang dicanangkan maupun sudah direalisasikan---secara bertahap. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan dan argumentasinya yang ditunjang dengan bukti konkrit terhadap apa yang sudah terjadi di Indonesia dan berada di kacamata langsung Jokowi.
Jika melihat pada sesi kedua, kita bisa melihat bahwa Jokowi tidak goyah dengan program yang sedang dia miliki sebagai calon presiden petahana. Beliau sangat fokus dan ini memperlihatkan bahwa Jokowi bukan tipe orang yang menunggu laporan kerja saja, melainkan tipe orang yang tidak segan turun langsung menyaksikan praktik di lapangan.
Sehingga, ketika disinggung terhadap kinerja 'anak buahnya' (menteri-menterinya), beliau tidak bergeming dalam merespon argumentasi Prabowo. Hal ini dapat dilihat saat Prabowo (seperti) menyinggung kinerja menteri Kelautan di akhir sesi Eksploratif yang membahas fenomena di masyarakat pesisir.