Di saat kecil, (sebut saja) Beny (nama fiktif), yang merupakan anak sulung dari tiga bersaudara, sering terlihat bermain layang-layang setiap sore hari. Dia baru akan pulang ketika hari menjelang petang. Kedua orangtuanya tak pernah memarahi atau melarang kebiasaan Beny saat itu. Bahkan, sang ayah justru bersedia membelikan layang-layang baru ketika layang-layang Beny terputus dari benang senarnya.
Kebiasaan ini terus berlanjut, sampai suatu ketika, dia sudah berada di masa akhir sekolah dasar. Seminggu sebelum dia mengikuti ujian akhir sekolah, rupanya dia mendapatkan larangan untuk bermain layang-layang. Padahal, dia ingin mengajak adik keduanya yang juga laki-laki untuk bermain bersama. Alhasil, dia mencoba untuk bergeming. Namun, sang orangtua, yaitu ibunya tetap melarang Beny untuk bermain layang-layang, dan anehnya, sang ibu mengizinkan adiknya untuk bermain layang-layang.
Beny pun marah kepada ibunya, dan dia terus mengatakan bahwa, mengapa adiknya tetap diperbolehkan bermain layang-layang sedangkan dirinya tidak. Dia merasa tidak terima dan merasa larangan sang ibu bersifat tidak adil terhadap dirinya.
Lalu, ibunya mencoba menjelaskan tentang maksud kenapa Beny tidak boleh bermain layang-layang.
"Kakak, minggu depan kan sudah ujian sekolah. Jadi, kakak harus belajar, supaya nanti tidak kesulitan mengikuti ujian.
Lagipula kakak kemarin bilang ingin sekolah di SMP 1, kan?
Nah, jika iya, belajarlah! Supaya kakak lebih siap untuk menghadapi ujian. Ujian itu harus dihadapi dengan belajar yang giat. Karena, jika sudah waktunya ujian, kakak sudah tidak bisa lagi main-main, tanya teman kanan-kiri, apalagi depan-belakang. Karena, teman-teman kakak juga sedang menghadapi ujian, mereka juga sedang kesulitan.
Apakah kakak mau nilainya buruk dan tidak jadi masuk SMP 1 seperti yang kakak ucapkan kemarin?"
Apakah karena penjelasan yang terlampau bijaksana atau penuturan ibunya yang sulit dipahami, namun, Beny akhirnya menuruti apa yang dikatakan ibunya.
Dia akhirnya memilih belajar selama seminggu berturut-turut, dan tibalah pada pekan ujian sekolah di SD-nya.
Berkat belajarnya, dia selalu bisa menyelesaikan setiap soal ujian dan uniknya, setiap dia pulang dari ujian sekolah, selalu diajak ibunya jalan-jalan. Entah, menemani ibu berbelanja di pasar, mall ataupun mengikuti kegiatan Posyandu di hari Rabu sore.