Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Kado Tahun Baru 2019: Kebebasan Menulis yang Terarah

31 Desember 2018   19:10 Diperbarui: 1 Januari 2019   08:08 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Semua yang kita lakukan selalu ada teori, termasuk urusan makan-minum"

Akhir-akhir ini, banyak orang di sekitar yang mengatakan bahwa menulis itu gampang dan bebas. Berangkat dengan statement seperti itu, semua orang mulai berbondong-bondong untuk menulis, dan mulai menjadikan menulis sebagai aktivitas utama sampai ke jenjang profesional (baca: pekerjaan). Bahkan, mulai banyak yang berpikir bahwa bekerja sebagai penulis akan lebih enak, daripada bekerja sebagai buruh pabrik, penjaga toko, hingga pemulung botol plastik.

Pemikiran semacam ini memang tidak salah, namun, juga tidak 100% benar. Jika menulis itu lebih enak, bebannya lebih ringan, apakah semua orang dapat menulis dengan benar dan baik?

Jawabannya, tidak.

Mengapa?

Tidak semua orang yang menulis mampu menghadirkan 100% bacaan yang dapat disetujui oleh semua pembaca. Bahkan, dewasa ini, kita sering mendapatkan bacaan-bacaan yang terkesan menyebarkan kebohongan (hoaks). Artinya, tidak semua orang yang bahkan sudah lama berjibaku dalam dunia tulis-menulis mampu menghasilkan tulisan yang baik.

Apalagi tulisan yang dinilai benar. Benar di sini adalah penulisan yang dilakukan seringkali gagal untuk membedakan bagaimana bentuk tulisan yang tulis, dengan bentuk tulisan yang lisan.

Dewasa ini, seringkali muncul tulisan yang 'bergaya' lisan. Contohnya, tulisan yang tidak mengenal tanda baca (kecuali puisi) yang sesuai. Lalu, semua kata yang tertuang tidak memperdulikan bagaimana penggunaan huruf (besa-kecil), pemilihan kata, sampai tanda baca, bahkan tidak mampu membedakan bagaimana cara menulis 'di' untuk 'di sekolah' dengan 'di' untuk 'disambung'.

Hal ini terlihat sepele. Namun, fatal jika kesalahan sederhana seperti itu masih terjadi di dalam penulisan. Apalagi penulisan artikel hingga karya sastra. Artinya, untuk menulis baik dan benar itu tidaklah mudah. Apalagi jika harus berupaya meminimalisir adanya salah ketik (saltik), yang akhir-akhir ini seringkali dimaklumkan. Karena, konon katanya manusia itu tak pernah luput dari kesalahan---mata/penglihatan.

Bisa jadi, tulisan yang saltik itu adalah tulisan yang tidak lagi ditinjau-ulang oleh penulisnya atau tidak diserahkan ke editor---jika tulisan itu sedang dimuat oleh redaksi seperti surat kabar atau buku. Artinya, apakah menulis itu gampang?

Lalu, bagaimana dengan menulis bebas?
Kebebasan hanya dimiliki oleh para pemula.
Misalnya, kita akan analogikannya dengan kehidupan sehari-hari yang dibuat menyerupai sebuah cerita sekilas (flash fiction) seperti berikut ini.
---
CERITA BENY

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun