Hari ini, Sabtu 17 JUni 2023
Untuk kesekian kalinya aku bikin sebuah perjanjian, berkompromi lagi dengannya demi masa depan hubungan kami..
Perjanjian yg terjadi lagi & lagi.
Perjanjian2 yang selalu mudah dia ingkari dan seoalah pasti dia ingkari.
Aku berharap, ini adalah perjanjian terakhir kami. Terserah nanti kami menjadi lebih baik atau sebaliknya. Semoga saja menjadi lebih baik. Amin..
Siang ini diawali kata2 "nyerah" yang dia lontarkan di sebuah obrolan panas kami di salah satu aplikasi chating.
Kata itu adalah sinyal kalau dia sudah capek dengan aku yang selalu komplain. Padahal aku protes juga karena dia yang selalu ingkari janji-janjinya.
"Apa aku yang harus selalu nurutin kamu? Yang selalu kamu suruh untuk bersabar? Sedangkan kamu sendiri tidak mau berubah??" Ucapku dengan nada tinggi.
" Ya udah lah kalau emang kamu ga bisa lebih sabar lagi, aku nyerah" gertaknya.
"Trus maksudmu kamu nyerah berarti kita putus gitu?" tanyaku kesal.
"Iya.. aku sudah tidak nyaman lagi dengan kondisi ini. Untuk apa kita berhubungan kalau aku sudah ga menemukan kebahagiaan.. " tegasnya dengan sedikit menangis.
Aku sempet kaget, aku shock!!
Beberapa saat kami sama-sama terdiam, tak tau apa yang harus kami lakukan.
Kucing keponakan yg berwarna loreng kehitaman berasal dari ras persia sempat melihatku dengan seksama. Kemudian kembali loncat-loncat bermain dengan riangnya.
Tetapi tidak dengan aku.. aku masih terdiam beberapa saat karena aku masih belum percaya dia ucapkan kata-kata sakral itu.
Dalam hening aku sedikit mengatur emosi. Aku mencoba bernegosiasi untuk bertahan.
Ingatan tentang 10 tahun selama kami bersama., tiba-tiba datang silih berganti.
Kenangan-kenangan yang pernah kami lakukan, apapun itu, baik pantas atau tak pantas pun pernah kami lakukan.
Hanya 1 ikrar resmi yang belum sempat kami lakukan., yaitu menikah.
Seperti pelangi di langit setelah turun hujan lebat
Indaaaahh bangeeettt....
Disaat dia belum punya apa2.
Pulang kerja kehujanan, berteduh & itu bisa menjadi waktu kami bersama walau hanya dengan chat atau telpon sesaat.
Aku yang seorang atlet bulutangkis yang sering banget dilanda cidera. Brp kali kakiku atau tanganku hrs dipijat untuk menyembuhkan bagian yang terkilir atau urat yang salah. Dia pasti menemaniku. Dengan memegangan tangannya seoalah hilang rasa sakit dalam sekejap.
Kami pernah hampir setiap hari menyusuri berbagai jalanan dan berbagai tempat hanya untuk bisa berdua dan bercinta..
Dan masih banyaaaaak lagi kisah-kisah indah yang pernah kami rajut bersama.
Sumpah.. masa2 itu adalah saat terindah yang pernah aku rasakan dalam hidupku.
Jujur aku kangen saat saat itu.. aku kangen dia yang duluuu,
Aku kangen dia ya Allooohhh....
Namun..
Sekarang semua berubah.
Keaadaan yang mungkin tak terduga bagiku datang secara nyaris berbarengan.
2 tahun lalu, di suatu siang seperti biasa kami yang selalu chat dan disaat kita asyik bergurau dengan selingan kata-kata cinta dan untaian kata sayang, tiba-tiba dia bilang..
" Sayaaanngg,, maapin aku ya" ucapnya lirih
"Kenapa cintaa??" tanyaku.
"Sekali lagi maapin aku ya... Aku sekarang lg hamil..." ucapnya.
"Haaahhh??? Makanya kok kmu akhir2 ini ga pernah bilang kalau lagi mens. Baru mau aku tanyakan " ucapku kaget.
Bagai petir di siang yang terik, aku tersentak.
Kepalaku berkecamuk antara kaget, cemburu dan rasa kesal. Jantungku berdegup dengan kencang.
Aku mencoba bersabar.. sekali lagi aku mencoba kompromi dengan hati dan logikaku. Bahwa dia emang bukan milikku!. Dia adalah istri orang!
Kami memang sama2 sudah mempunyai pasangan sah. Bisa di bilang.. iyaa, kami memang pasangan selingkuhan.
"Iya cintaa gapapa kok.. mau gmn lagi? Emang ini resiko ku yg mencintaii wanita yg telah bersuami" ucapku mencoba tegar.
"Iya sayaang.. makasih ya.. maapin aku" pintanya.
"Iya gapapa say, sehat2 selalu ya, perutnya di jaga, dedeknya juga" kataku bijak. Namun tanpa dia tau, dlm hati aq menangis.
9 bln lamanya hatiku bergelut dg logikaku, bertumbukan dengan perasaan cemburu dan kesadaran diri, bertarung sengit hanya untuk menenangkan hati yg setiap saat bergejolak tanpa komando.
Hingga akhirnya sang jabang bayi lahir. Dan..
semua perlahan mulai berubah..
Tak terasa waktu kami bersama semakin menyempit.
Hingga akhirnya di setiap malam, hubungan kami nyaris tak pernah ada.. Hilang dan gelap
Seperti sebuah mesin mobil yang semua komponennya saling berkaitan untuk bisa menciptakan tenaga. Seperti itulah, kompromi dan kompromi yang selalu aku lakukan. Otak, perasaan, hati dan entah bagian tubuh mana lagi saling beradu argumen Hingga rasa pasrah yang akhirnya selalu tercipta. Aku Ingin berontak . Ingin meminta pertanggung jawaban atas kewajibannya sebagai seorang pacar kepada pasangannya. Tapi sekali lagi.. aku sadar aku siapa..
Buah hatinya semakin tumbuh hingga menginjak 1 th. Selama itu pula aku selalu merasa di kesampingkan. Seolah dia menganggap aku bukan siapa-siapa lagi dan tak penting untuk di utamakan.
" Cintaa semalem kemana kok kamu ga chat aku? Sudah 3 malam ini berturut-turut kamu ga chat aku?. tanyaku.
" Maaf sayaang bayinya sering rewel jadinya aku mesti capek setiap abis maghrib dan aku tidur". Jelasnya.
"Kenapa ga pamit sih?" Tanyaku.
"Iya maaf aku ketiduran sampai ga sempet pamit" jawabnya.
" Ooo gitu ya,, oke baiklah." Ujarku mencoba mengerti.
Entah itu hanya alasannya atau memang itu kenyataan. Namun tetap saja aku merasa ga terima karena selalu merasa tidak lagi dia prioritaskan.
Bulan berganti bulan, hari berganti hari. Hingga tak berselang lama, masalah muncul lagi...
Sebuah berita indah sebenarnya. Membahagiakan baginya namun bisa menjadi petaka buat aku, untuk hubungan kami..
why? Karena aku sadar hal ini akan menambah keruwetan dalam hubungan kami..
Yah.. karir kerjanya meroket. Dia di terima sebagai tenaga pengajar yang selama ini dia impikan.
Akibatnya.. sesuai prediksi,
Disadari atau tidak.. dia sudah tidak ada waktu buat aku..
waktunya jadi sangat sibuk dan hampir ga ada waktu denganku, walau hanya chat untuk berkabar, untuk makan siang atau sholat. Yang itu dulu selalu dia lakukan, yang itu membuatku merasa dia utamakan, yg membuatku merasa dia hadirkan di semua aktifitasnya.
" sayaang.." sapanya.
" Iya cintaku". jawabku
" Lg ngapain" tanyanya.
"Aku ga ngapa-ngapain say.. nunggu chatmu aja". Terangku
"Oiya say abis ini aku masuk kelas ya.. aq ngajar full sampe siang nanti.." terangnya.
"Oo oke say . Lnjutin dulu.. ati-ati dan jangan capek-capek" ujarku seolah penuh perhatian.
"Iya sayang, makasih sampai nanti ya" ujarnya sambil berpamitan.
"Iya say, monggo. Met kerja ya" kataku dg sedikit berat.
Dengan menghela nafas dalam2, aku ambil sebatang rokok dan ku nyalakan api hingga membakarnya. Sambil ku hisap asapnya dalam-dalam dan spontan aku berucap "janc**k..."
Itu adalah sedikit obrolan yang sering kami lakukan. Singkat memang namun itu yang terjadi. Ketikan templete yang selalu berulang setiap pagi hingga siang sebelum dia pulang., dan selalu berulang hari demi hari..
Hancur sudah kenangan-kenangan indah yang masih sering ingin aku ulangi.. musnah sudah mimpi itu.
2 hal itu adalah awal mula dari renggangnya hubungan kami..
Dia semakin sulit untuk membagi waktu untuk aku. Kami dulu yg pernah hampir 24 jam selalu bersama di chat atau telpon, hingga sekarang yang hanya untuk sekedar chat 1 jam saja begitu sulit nya di lakukan.
Entah emang sulit atau aku sudah tidak layak lagi untuk di utamakan, tidak layak lagi di perjuangkan.
Aku seolah langsung hilang dalam ingatannya, hilang dalam hatinya. Seolah dia begitu terbuai dengan eforia kesuksesannya lahir maupun batin, tanpa lagi peduli dengan aku..
Ketika dia hamil dan punya anak, aku masih berharap aku masih ada tempat di waktu kerjanya. Namun semenjak karirnya berubah, aku seakan begitu sulit untuk sekedar hadir di sedikit waktunya, siang maupun petang.
Aku bagai daun kering yang jatuh di terpa angin, namun tak tau akan jatuh dimana. Gontai, tak tahu lagi harus melakukan apa.
Hatiku bagai hancur tercerai berai.
"Oalah ya Alloohh.... " keluhku tak terasa butiran air mata berlinang..
Ingatan tentang kebahagiaan selama 10 tahun kami bersama. Yang terasa begitu indah lah yang membuat sekali lagi dan lagi aku selalu kompromi denganya. Untuk selalu membuat perjanjian2 yang hanya untuk sekedar mempertahankan hubungan ini..
Aku sering nangis di saat-saat itu.
Kuakui aku rapuh di hadapannya.
Aku sadar mungkin kami sudah di ujung tanduk.. dia sudah punya segalanya dan aku sudah tidak dibutuhkan. Aku juga sudah bukan sosok yang penting baginya. Aku harus tau diri..
Tapi aku mencoba selalu bersabar, selalu mencoba mengerti apapun kondisinya, hanya untuk membuat semuanya baik-baik saja..
Aku ga rela semua kenangan-kenangan indah ini mudah terlupakan.. aku mencoba mempertahankan walau aku tau itu sulit..
10 tahun bukan masa yang singkat untuk mudah aku lupakan. Terlalu manis untuk di lupakan namun sekarang menjadi terlalu pahit untuk di kenang
Tapi setidaknya aku sudah berusaha..
Hanya kenangan indah itu yang menjadi penyemangat, agar aku bisa lebih kuat menambal keretakan-keretakan ini.. bagian demi bagian. Dan aku masih berharap bisa kembali utuh seperti dulu.
Meski aku sadar, itu hal yang mustahil..
Hari ini dan entah sampe kapan, aku akan terus mencoba untuk kuat dan bertahan, hanya demi sesorang yang belum bisa aku lupakan walau dalam sekejap, dan orang itu adalah dia yang sampai detik ini masih sangat aku cintai..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H