Apakah makna ini pantas disebut oleh seorang pemimpin, dengan ucapanya : "bentuknya hanya mengikuti selera saja" Bung, bentuk ini memiliki makna yang dalam, tentulah berdasarkan masukan dari para ahli, rancangan dari arsitek ternama.
Kemudian itu, bentuk dari Masjid Istiqlal, yang disebutnya "bentuknya juga mengikuti selera pemimpin pada zaman itu"
Padahal literasi sejarah sangat jelas menjelaskan. bahwasanya, pembangunan Masjid ini bukan hanya atas dasar selera pemimpin pada zaman itu, melainkan bentuk untuk pembangunan masjid ini ada sayembaranya, sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal.Â
Pada saat itu dewan juri sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal, terdiri dari para Arsitek dan Ulama terkenal (arsitek berkelas dan ulama yang memiliki kompetensi) dengan susunan dewan juri yang terdiri dari Presiden Soekarno sebagai Ketua, dengan Anggotanya Ir. Roosseno Soerjohadikoesoemo, Ir. Djoeanda Kartawidjaja, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Aboebakar Atjeh, dan Oemar Husein Amin.Â
Jelaslah sudah, latar belakang kompetensi mereka, tidak dapat diragukan lagi dengan menyandang gelar "Insinyur"(Arti kata insinyur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah in.si.nyur [n] sarjana teknik (sipil, listrik, pertambangan, per-tanian, mesin, dsb)
Pernyataan sang Gubernur
Dari laman instagram idx channel, yang dimuat pada Tanggal 19 Januari Tahun 2022. "Orang nomor satu di provinsinya ini, mengeluarkan statement (pernyataan) "tuturnya di sela kunjungan kerjanya di Bali, Selasa (18/1/2022).
Terlebih, Ibu Kota Jakarta pun dibangun berdasarkan sudut pandang dan keinginan Presiden RI pertama, Soekarno, jadi Jakarta hari ini seleranya Bung Karno.
Gak perlu dipertanyakan kenapa Istiqlal bentuknya begitu, Monas begitu. karena itu selera pemimpin pada zamannya,"tegas dia"
Yang harus ditanyakan justru Jakarta setelah ditinggal, jadi apa. Judulnya itu dia juga belum pernah dibahas,"tandasnya.
Â