terus menari bersama hujan
bersama nyanyian bulan
dan sepi, dan hening,
dan waktu
dan waktu yang berlari itu
tidak akan berhenti
menyerap kisah ini
berlayar bersama mega
dihembus angin bermusim - musim
lara, dia sendirian
membuka hujan
dimatanya
depok 2011
ANAK ANAK HUJAN
ketika hujan datang
membawa banyak uang
payung-payung kecil riang berhamburan
melesak keluar dari sarang-sarang
kardus sempit dan lorong gang
bagai anai-anai menyerbu sipitnya terang
menari telanjang, tarian perang
ketika hujan datang
gemeretak gigi-gigi aspal
gedung-gedung mengigil
dan aku bersembunyi di secangkir kopi
(dan ludah yang sudahbasi ini kutelan lagi)
mereka tetap riang
mereka tetap senang
kulit mereka lebih tebal dari aspal
tulang mereka lebih kokoh dari tiang pancang:
gedung-gedung gendut
yang susah berjalan
amat riang, amat senang, ucapku,”
tidak.! kami sedang bekerja, jawab mereka,”
begitu berwarna, ucapku lagi,”
kami bukan tujuh warna pelangi,
sekali-kali kau tidak akan menghitung
warna, jumblah kami
karena kami anak-anak hujan.
lantas: apa yang bisa kubantu teman
tidak,! kau belum hadi teman kami.”
jawab mereka:
datangkan kepada kami ibu setiap hari
baru kau menjadi teman.
ketika hujan datang
mereka riang, mereka senang
ibu datang,
ibu kami datang
KAU BOLEH PANGGIL DIA AIR
Pagi-pagi sekali dia sudah disini,
tepat tempatnya pada kuku-kuku daun.
Lalu di ajak ibu ke dapur,
berikut tiap lekuk sudut.
Di lain pihak:
juga kutu
juga putrid malu
Tak lama di selang,
Sang pelukis bayang
Bergerak tenang dan perlahan,
dia menuntun humus
Dari pori menuju nadi
dari desir menjadi daging.
Di lain pihak:
dia bersayap, menjadi uap
ditariki lentik jari-jari langit.
Di lain pihak:
dia memadat, melapisi darat.
Di sini, dan di tak berantah
dan di sejak lama,
setia, searah semua,
dia membuka kelas kejelian
Mengabarkan keluwesan - kekuatan,
kesahajaan - keseimbangan,
kerendahan hati - ketekunan,
pengabdian - kesetiaan,
syukur - pengharapan
Lalu: lembaga pendidikan mana mampu
menandingi lulusan terbaik ini?”
(Kau bisa panggil dia “Air”)
DEPOK 2010