sambil memadu kasih di pagi hari
lalu membuat sarang tempat ia pulang,
saat senja datang
dan anak anak nya pun riang
ada pula daunnya yang jatuh ke tanah
menjadi suburlah ia karnanya
tempat berteduh bagi para pengembara
sekedar melepas lelah di teduhnya mata air
yang mengenang bening di matamu
11 nov 2011
BULAN DALAM KENANGAN
malam mengalir tenang
setenang awan melayang:
melintasi badai dingin kenangan.
walau tak bersama bulan
malam tetap mengalir, tenang
dalam kebisuan
sementara:
bulan yang menyendiri itu
duduk di atas pucuk-pucuk daun yang tidur pulas
di alas ranting-ranting musim kering. yang dingin
pada rotasi meditasi
pada hening, berpendar
menyusup hingga ke akar nalar, membadai
maka, kenanglah dia dengan wajar
(sebab dia itu hanya kenangan)
dia adalah badai sesaat, datang
pada senja tua, kemudian pergi
ya, pergi
pergi ke setiap daun pintu hati,
dan jendela yang terbuka
sampai kau menutupnya
lalu kau dapati dia duduk di depan perapian
di atas kursi waktu yang bergoyang – goyang
membaca buku tebal berdebu:
kemudian tertidur menopang dagu
maka kenanglah dia sewajarnya
sewajar alam melapukkan kayu
sewajar buku di tutup debu-debu
malam mengalir tenang
awan seperti buih-buih busa, berlarian
dan bulan yang menyendiri:
berenang di ujung-ujung malam
DEPOK 2011
TARIAN LARA BUAT HUJAN
pada sepi, pada hening, dan
pada waktu yang berlari:
di atas daun - daun tengah malam
lara, dia sendirian
membuka hujan
hujan datang sebagai cinta
berdiri di depan jendela
dan dingin,
dan dingin mengembang tangannya
harumnya romansa
lara, dia buka mata
digeraikan rambutnya
menjadi gaun panjang dikenakand
bermanik bunga mimpi kepolosan
lantas:
lara, dia menari
tahun demi tahun
putih, panjang dan sepi
tahun demi tahun yang panjang itu
adalah rambut yang pudar
memucat warnanya
ditulis dalam sebuah buku
yang hampir beku
di karam hati
lara, dia tidak peduli
terus saja menari