Rossa tahu bahwa hidupnya telah berubah selamanya sejak Mama pergi. Namun, ia juga tahu bahwa kenangan-kenangan indah bersama Mama akan selalu ada di hatinya. Kenangan itu adalah harta yang paling berharga, yang akan selalu memberikan kekuatan dan kebahagiaan meski hanya dalam ingatan.
"Mama, kenapa harus pergi? Aku butuh Mama di sini," bisiknya, suaranya serak oleh tangis.
Sejak kepergian Mama, Rossa sering merasa sendirian. Teman-temannya di sekolah tidak mengerti apa yang ia rasakan. Mereka masih bisa tertawa dan bermain, sementara Rossa merasa dunia ini telah berubah menjadi tempat yang begitu dingin dan asing. Tidak ada yang bisa menggantikan kehadiran Mama. Tidak ada yang bisa memberikan kenyamanan yang sama.
Malam itu, Rossa memutuskan untuk menulis surat untuk Mama, sesuatu yang biasa mereka lakukan ketika Mama masih hidup. Dengan tangan gemetar, ia mengambil kertas dan pena, lalu mulai menulis.
"Dear Mama,
Malam ini aku sangat merindukanmu. Tidak ada lagi yang menemaniku bahkan saat aku menangis malam ini. Aku ingin kembali seperti dulu, Ma. Ingin mengulang waktu ke saat semuanya masih dalam kendali, saat aku masih menjadi anak kecil yang bahagia bersamamu.
Aku merasa sangat kesepian tanpa Mama. Tidak ada yang bisa mengerti perasaanku. Setiap malam aku berdoa agar bisa bertemu Mama lagi, walaupun hanya dalam mimpi. Aku rindu pelukan Mama, senyuman Mama, dan suara lembut Mama yang selalu bisa menenangkan hatiku.
Mama, aku berjanji akan menjadi anak yang kuat, tapi kadang rasanya sangat sulit. Aku akan selalu mengingat nasihat Mama dan mencoba menjalani hidup dengan penuh keberanian. Tapi tolong, tetaplah ada di hatiku, memberi aku kekuatan untuk melanjutkan hidup tanpamu.
Putrimu,
Rossa"
Setelah menulis surat itu, Rossa merasa sedikit lebih lega. Ia melipat suratnya dengan rapi dan menyimpannya di bawah bantal, seolah berharap Mamanya akan membacanya dalam mimpinya malam ini.