Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mimpi Istana Pasir

20 Maret 2024   11:29 Diperbarui: 20 Maret 2024   11:34 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kuburan hatiku, digali jauh ke dalam tanah jiwaku

Di pantai yang jauh, dari tempat gelap, tempat aku mengirimkan kartu pos

Menuju kehidupan yang lebih baik, menari di cakrawala, dari mimpi di benakku

Gelombang laut memangku butiran-butiran pecahan kerang laut yang terbawa dari terumbu karang

Pohon-pohon tinggi berdaun lebar, berjaga-jaga.

~

Dalam mimpi ini, aku duduk sebagai seorang anak yang membangun istana pasir. Di bawah langit biru yang diterangi matahari

Penuh kepolosan, masih percaya hidup aman. Tidak sadar akan gempa.

Menunggu hari-hari ke depan, saat awan gelap akan mendatangkan hujan

Saat sirene berbunyi, dan api menyala tak terkendali

Saat matahari terbit, akan terasa dingin dan sepi, melintasi langit berwarna darah

Dan sinar bulan akan jatuh melalui lonceng angin, dalam nyanyian yang tenang

~

Di luar mimpi, aku terbangun di malam hari, memikirkan berbagai cara

Untuk menemukan rasa bersalah, memvonis diri, atas setiap niat baik yang salah

Di pagi hari, aku akan mengampelas kayu masa laluku hingga halus, dan membentuknya

Menjadi perahu, berlayar melintasi lautan dalam pikiranku, untuk menemukan anak itu

Di tepi pantai, membangun istana pasir di tengah hangatnya masa lalu. Aku tersesat

~

Saat perahuku mendarat di pantai, dan kakiku menginjak pasir

Aku akan menemui anak itu. Mengamati diriku, akan kubiarkan matanya mengawasi mataku

Saat dia tidak mengerti, rasa sakit muncul di bayangannya

Aku akan duduk bersamanya, sementara ombak menerjang, dan angin sepoi-sepoi mengaduk udara asin

Bersama-sama, kami akan membangun istana pasir hingga menara terakhir terpasang

Lalu aku akan berdiri dan menyapu pasir sebelum kembali ke perahu

Masih belum berbicara satu sama lain

~

Sebelum pergi, aku akan melihat ke belakang, pada anak yang akan kutinggalkan

Kata-kata akhirnya akan keluar dari bibirku, saat kudorong perahu ke lautan luas

Air pasang akan bergerak melawan pantai, dan aku akan memberi tahu anak ini, kalau aku dulu pernah mengalaminya

Semua akan baik-baik saja, tidak selalu terlihat seperti itu, namun siklus itu akan terjadi

Badai akan datang, namun akan berlalu, dan kemudian datang dan berlalu

Langit akan cerah, tapi kenangan tentang angin bertiup

Dan hujan deras akan tetap ada. Bahkan setelah langit terbuka

Pelangi akan muncul dan pergi, tapi badai akan tetap bersamamu.

Menemanimu hingga pelangi berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun