Kuburan hatiku, digali jauh ke dalam tanah jiwaku
Di pantai yang jauh, dari tempat gelap, tempat aku mengirimkan kartu pos
Menuju kehidupan yang lebih baik, menari di cakrawala, dari mimpi di benakku
Gelombang laut memangku butiran-butiran pecahan kerang laut yang terbawa dari terumbu karang
Pohon-pohon tinggi berdaun lebar, berjaga-jaga.
~
Dalam mimpi ini, aku duduk sebagai seorang anak yang membangun istana pasir. Di bawah langit biru yang diterangi matahari
Penuh kepolosan, masih percaya hidup aman. Tidak sadar akan gempa.
Menunggu hari-hari ke depan, saat awan gelap akan mendatangkan hujan
Saat sirene berbunyi, dan api menyala tak terkendali
Saat matahari terbit, akan terasa dingin dan sepi, melintasi langit berwarna darah
Dan sinar bulan akan jatuh melalui lonceng angin, dalam nyanyian yang tenang
~
Di luar mimpi, aku terbangun di malam hari, memikirkan berbagai cara
Untuk menemukan rasa bersalah, memvonis diri, atas setiap niat baik yang salah
Di pagi hari, aku akan mengampelas kayu masa laluku hingga halus, dan membentuknya
Menjadi perahu, berlayar melintasi lautan dalam pikiranku, untuk menemukan anak itu
Di tepi pantai, membangun istana pasir di tengah hangatnya masa lalu. Aku tersesat
~
Saat perahuku mendarat di pantai, dan kakiku menginjak pasir
Aku akan menemui anak itu. Mengamati diriku, akan kubiarkan matanya mengawasi mataku
Saat dia tidak mengerti, rasa sakit muncul di bayangannya
Aku akan duduk bersamanya, sementara ombak menerjang, dan angin sepoi-sepoi mengaduk udara asin
Bersama-sama, kami akan membangun istana pasir hingga menara terakhir terpasang
Lalu aku akan berdiri dan menyapu pasir sebelum kembali ke perahu
Masih belum berbicara satu sama lain
~
Sebelum pergi, aku akan melihat ke belakang, pada anak yang akan kutinggalkan
Kata-kata akhirnya akan keluar dari bibirku, saat kudorong perahu ke lautan luas
Air pasang akan bergerak melawan pantai, dan aku akan memberi tahu anak ini, kalau aku dulu pernah mengalaminya
Semua akan baik-baik saja, tidak selalu terlihat seperti itu, namun siklus itu akan terjadi
Badai akan datang, namun akan berlalu, dan kemudian datang dan berlalu
Langit akan cerah, tapi kenangan tentang angin bertiup
Dan hujan deras akan tetap ada. Bahkan setelah langit terbuka
Pelangi akan muncul dan pergi, tapi badai akan tetap bersamamu.
Menemanimu hingga pelangi berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H