Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Kebangkitan AI, Akankah Algoritma Menggantikan Manusia?

29 Maret 2023   21:07 Diperbarui: 29 Maret 2023   21:25 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi perasaan itu nyata. Bukan fiksi imajinasi kita, tetapi perasaan sebenarnya hanyalah algoritma biokimia, dan tidak ada metafisik atau supernatural tentangnya. 

Tidak ada alasan yang jelas untuk menjadikannya sebagai otoritas tertinggi di dunia, dan yang terpenting, apa yang semakin banyak dikatakan oleh para ilmuwan dan insinyur kepada kita, adalah bahwa jika kita hanya memiliki data yang cukup, dan daya komputasi yang cukup, kita dapat membuat algoritma eksternal yang memahami pikiran dan perasaan manusia jauh lebih baik daripada manusia dapat memahami diri sendiri.

Dan saat tercipta algoritma yang memahami pikiran dan perasaan manusia lebih baik daripada manusia memahami diri sendiri, inilah titik ketika otoritas benar-benar bergeser dari manusia ke algoritma.

Nah, mungkin kedengarannya menakutkan dan rumit. Katakanlah, jika ingin menyimpulkan hasil riset biologi dan evolusi selama berabad-abad dalam satu kalimat pendek, maka "manusia adalah algoritma". Kini, ide ini menjadi pandangan yang semakin dominan, tidak hanya dalam ilmu kehidupan, tetapi juga dalam ilmu komputer. Itulah sebabnya keduanya makin diintegrasikan dari hari ke hari.

Gagasan organisme adalah algoritma berarti bahwa perasaan manusia (dan bukan hanya perasaan manusia, tapi juga simpanse, gajah,  dan lumba-lumba), sensasi dan emosi manusia, semuanya hanyalah proses perhitungan biokimiawi untuk menghitung probabilitas dalam membuat keputusan.

Perasaan bukanlah kualitas metafisik yang Tuhan berikan kepada Homo sapiens untuk menulis puisi dan menghargai music. Perasaan adalah proses perhitungan biokimia, yang dibentuk oleh jutaan tahun seleksi alam, untuk memungkinkan manusia dan hewan lain menjadi lebih baik dalam mengambil keputusan ketika dihadapkan pada masalah kelangsungan hidup dan reproduksi.

Mari kita ambil contoh konkret. Katakanlah seekor babun di suatu tempat di sabana Afrika, sedang menghadapi masalah untuk bertahan hidup. Untuk bertahan hidup, babon ini harus makan, dan harus berhati-hati agar tidak dimangsa hewan lain.

Saat mencari makan di sepanjang sabana, tiba-tiba babun melihat sebatang pohon pisang dengan buah lebat di atasnya. Sayangnya, juga terdapat seekor singa tidak jauh dari pohon itu. Babun  perlu membuat keputusan apakah akan mempertaruhkan hidupnya demi pisang atau tidak. Masalah Ini adalah jenis masalah yang telah dihadapi hewan seperti babun dan manusia selama jutaan tahun.

Jadi ini benar-benar tentang menghitung probabilitas. Babun tersebut perlu menghitung kemungkinan bahwa dirinya akan mati kelaparan jika tidak makan pisang, versus kemungkinan singa akan memangsanya.

Jika Babun ingin meraih pisang-pisang ini, ia perlu tahu probabilitas mana yang lebih tinggi untuk membuat keputusan yang tepat. Untuk itu pertama-tama babun perlu mengumpulkan banyak data. Babun butuh data tentang pisang. Seberapa jauh pisangnya? Berapa buah pisang? besar atau kecil? Matang atau hijau?

Di situasi ini, ada 10 pisang matang berukuran besar, dan itu sangat berbeda dengan jika hanya ada dua pisang hijau kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun