Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Kebangkitan AI, Akankah Algoritma Menggantikan Manusia?

29 Maret 2023   21:07 Diperbarui: 29 Maret 2023   21:25 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika manusia merasa baik tentang sesuatu, dan tidak ada yang merasa buruk tentang itu, maka itu baik. Tentu saja, ada beberapa pertanyaan sulit juga dalam etika humanis. Apa yang terjadi jika saya merasa baik tentang sesuatu, katakanlah perselingkuhan, tetapi istri merasa sangat tidak enak?

Jadi perasaan siapa yang lebih penting? tentu saja ada dilemma etika di sana, jadi pasutri ini harus berdiskusi, apakah harus berpisah atau tidak. Poin kuncinya adalah bahwa pembahasan akan dilakukan dalam konteks perasaan manusia, bukan lagi dalam istilah perintah ilahi, yang (misalnya) memerintahkan agar tidak boleh bercerai.

Dan terakhir, humanis dalam bidang pendidikan. Apa itu pendidikan humanis? Selama ratusan tahun ketika hampir semua orang percaya bahwa sumber otoritas tertinggi ada di luar manusia, tujuan utama pendidikan adalah menghubungkan orang- orang dengan sumber otoritas luar tersebut.

Misalnya, orang percaya bahwa kitab adalah sumber otoritas tertinggi, atau Tuhan adalah sumber otoritas tertinggi, maka tujuan utama pendidikan adalah untuk mengajari siswa tentang apa yang Tuhan katakan, dan apa yang dikatakan kitab suci, dan apa kata orang bijak di masa lalu.

Dalam pendidikan humanis, karena sumber otoritas tertinggi adalah perasaan dan pikiran sendiri manusia, tujuan terpenting pendidikan adalah memungkinkan pembelajar untuk bisa berpikir untuk diri mereka sendiri. Sekarang ketika bertanya kepada guru atau professor, "Apa yang Anda coba ajarkan kepada para siswa? Kebanyakan akan menjawab," Oh, kami mencoba mengajarkan matematika, fisika, sejarah dan sebagainya, tetapi yang terpenting adalah agar murid-murid bisa berpikir mandiri untuk diri mereka sendiri".

Ini adalah cita-cita tertinggi dari pendidikan humanis, karena pikiran dan perasaan manusia adalah sumber otoritas. Siswa sekarang lebih banyak dituntut untuk bisa kenali diri sendiri dan terhubung dengannya. Pikirkan saja perbedaan kurikulim pendidikan tahun 1994 dan kurikulum merdeka sekarang. Siswa sekarang dituntut untuk mengambil keputusan sendiri tentang apa yang ingin dipelajarinya. Mereka lebih dituntut untuk bisa berpikir dan bertindak sesuai perasaan dan pikiran sendiri.

Sekarang seluruh gagasan humanis tentang sumber otoritas di bawah langit ini menghadapi ancaman. Bukan dari fundamentalis agama, atau dari diktator di Korea Utara atau Rusia atau tempat lain. Ancaman yang sangat besar bagi pandangan dunia humanis sekarang muncul dari laboratorium, universitas, dan departemen penelitian di tempat-tempat seperti Silicon Valley.

Kini, semakin banyak ilmuan mengatakan bahwa seluruh kisah humanism ini benar-benar didasarkan pada ilmu pengetahuan yang sudah kadaluarsa atau pemahaman yang ketinggalan zaman tentang dunia. Dan khususnya, pemahaman kadaluarsa tentang manusia.

Humanisme didasarkan pada kepercayaan akan kehendak bebas, dan kemampuan manusia untuk membuat pilihan bebas, dan kepercayaan yang sangat kuat pada perasaan manusia sebagai sumber otoritas terbaik di dunia.

Tapi, sekarang para ilmuwan berkata, "Pertama-tama, tidak ada yang namanya keinginan bebas." Mereka mengatakan bahwa hanya ada dua proses yang terjadi di alam. Hanya ada proses deterministik, dan proses acak, dan kombinasi dari keduanya acak dan determinisme, yang menghasilkan hasil probabilistik. Jadi tidak ada yang proses yang terjadi oleh kehendak bebas (free will) manusia.

Kebebasan sama sekali tidak memiliki arti dari perspektif fisik atau biologis. Sebaliknya hanyalah mitos lain, istilah kosong lain yang diciptakan manusia. Manusia telah menciptakan "tuhan", dan manusia telah menciptakan "surga dan neraka", dan manusialah yang menciptakan "kehendak bebas". Tapi kebenaran tentang kehendak bebas tidak lebih dari kebenaran tentang surga dan neraka. Begitulah pendapat kebanyakan ilmuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun