Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Great Resignation, Ikutan atau Jangan?

3 Januari 2022   22:42 Diperbarui: 4 Januari 2022   14:19 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah Anda suka pekerjaan anda sekarang? Apakah Anda bahagia dengan pekerjaan itu? Atau apakah Anda lebih suka berada di rumah bersama keluarga atau melakukan sesuatu yang lain selain pekerjaan? Apakah Anda mengenal orang-orang di sekitar yang berhenti dari pekerjaan mereka?

Itu adalah beberapa pertanyaan yang coba dijawab oleh tim studi Microsoft pada Oktober 2021.

Dari studi, tim tersebut menyimpulkan bahwa 41% pekerja di dunia berencana untuk beralih pekerjaan.

Tahun 2021 disebut tahun "Great Resignation" atau "Big Quit" atau sebut saja "Pengunduran Diri Masal". Artinya, terjadi resign besar-besaran secara bersamaan. 

Istilah ini dicetus oleh Anthony Klotz, seorang profesor manajemen di Mays Business School di Texas A&M University, yang memperkirakan resign massal pada Mei 2021. Klotz  menyebut tren 2021 ini sebagai "Pencerahan pandemi".

Di artikel ini saya akan mencoba memahaminya dan menyelami dampaknya di tahun 2022.

Pertanyaan pertama, kenapa orang meninggalkan pekerjaan mereka? Ke mana mereka pergi? Dan yang paling penting, apa sebaiknya anda pertimbangkan untuk resign juga? Jika Anda seorang majikan apa yang harus dilakukan?

Seperti yang saya sebut di atas kalau pada tahun 2021, Microsoft melakukan studi dan menemukan bahwa 41% karyawan di seluruh dunia ingin berhenti dari pekerjaan mereka.

Di Amerika 4,3 juta orang berhenti dari pekerjaan mereka  pada Agustus 2021. 4,3 juta orang merupakan 2,9% dari populasi pekerja Amerika. Dan kalau dihitung dari bulan April 2021 hingga Agustus, sebanyak 20 juta orang Amerika telah meninggalkan pekerjaan.

Di Jerman, sepertiga dari perusahaan kekurangan pekerja terampil, setidaknya ada 400.000 lowongan pekerjaan terampil yang dibutuhkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun