Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengapa Pakistan "Bermuka Dua" dalam Menghadapi Amerika-Taliban?

29 Agustus 2021   05:16 Diperbarui: 1 September 2021   08:31 2501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menlu AS John Kerry (tengah) memediasi pertemuan antara Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan Jenderal Pakistan Asfhaq Parvez Kayani di Belgia. (AFP/Getty Images)

Tapi sudah jelas, Pakistan yang merupakan negara yang baru terbentuk saat itu, menolaknya. Mereka mengatakan bahwa penduduk Pashtun merupakan bagian dari Pakistan. 

Sejak itu, masalah perbatasan terus berlangsung antara Pakistan dan Afghanistan hingga saat ini. Afghanistan mengatakan bahwa mereka tidak menerima Garis Durand sebagai perbatasan. Dan ketika Pakistan menjadi anggota PBB pada tahun 1947, maka Afghanistan menjadi satu-satunya negara yang menolak keanggotaan tersebut. 

Dilansir dari The Diplomat, daerah Pakistan di mana orang Pashtun tinggal merupakan daerah yang terabaikan dan daerah yang kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain di Pakistan karena perdagangan obat-obatan terlarang dan penyelundupan senjata marak terjadi di sana.

Juga karena alasan ini, daerah ini rentan terhadap eksploitasi. Daerah-daerah dengan kemiskinan yang lebih tinggi, dan lebih banyak kejahatan. Orang dapat dengan mudah dieksploitasi di sana, mereka mudah dihasut. 

Pakistan mengklaim bahwa Afghanistan telah mendanai dan mendukung gerakan separatis di daerah tersebut. Dan masyarakat Pashtun yang tinggal di wilayah Pashtun Pakistan, juga memiliki rasa Nasionalisme Pashtun. Banyak orang Pashtun, sekitar tahun 1970-an, menuntut agar wilayah Pashtun Pakistan dipersatukan dengan Afganistan untuk membentuk Afganistan Raya. 

Pada awal 1970-an, Presiden Pakistan, Muhammad Zia-ul-Haq, mengadopsi kebijakan Islamisasi untuk melawan tuntutan tersebut. Zia-ul-Haq membangun ribuan Madrasah di daerah Pashtun, dengan harapan bahwa orang-orang yang tinggal di daerah tersebut, akan bangkit di atas identitas etnis Pashtun mereka, dan mengidentifikasi diri dengan Islam dan merasa bersatu dengan seluruh Pakistan. 

Pada akhir 1990-an, Taliban berkuasa di Afghanistan, tetapi seperti yang saya katakan di artikel (Kebangkitan Taliban, Krisis Afghanistan Terus Berlanjut) sebelumnya, Taliban cukup dipengaruhi oleh ideologi Nasionalisme Pashtun, selain ideologi Islam. 

Inilah alasan mengapa bahkan setelah Taliban berkuasa, Pakistan mencoba menekan Taliban. Tapi tetap saja, Taliban tidak menerima Garis Durand sebagai perbatasan ketika pertama kali berkuasa. 

Pada tahun 2001, setelah serangan 9/11, ketika AS menginvasi Afghanistan, dan Taliban digulingkan, beberapa orang Taliban memasuki Pakistan dengan melintasi perbatasan, dan berlindung di sana. 

Sekarang, muncul pertanyaan, ketika Taliban percaya pada ideologi Nasionalisme Pashtun, ideologi yang dapat berubah menjadi gerakan separatis dan menjadi ancaman bagi Pakistan, mengapa Pakistan tetap mendukung Taliban selama bertahun-tahun?

Dan mengapa Pakistan masih mendukung Taliban sekarang? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun