Mohon tunggu...
Putu Dea Nita Dewi
Putu Dea Nita Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Ganesha

Saya merupakan Mahasiswi dari program studi Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha. Saya memilki ketertarikan yang besar pada kegiatan menyurat Aksara Bali dan menyurat Lontar yang sudah saya tekuni sejak duduk di bangku sekolah dasar. Saya juga sangat suka menulis dan hobi bersepeda.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Karmaphala: Bumerang Kehidupan yang Tak Terelakkan dalam Panca Sradha

9 Mei 2024   09:45 Diperbarui: 11 Mei 2024   14:21 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: dokumentasi pribadi

Kriyamana Karmaphala bisa disebut juga sebagai pahala dari perbuatan yang tidak bisa dinikmati langsung pada kehidupan saat ia berbuat. Sehingga hasil dari perbuatan kehidupan sekarang itu didapatkan setelah seseorang mengalami proses kematian.

Artinya, akibat perbuatan seseorang selama hidupnya akan diterima pada kehidupan yang akan datang. Dari pengertian tadi, dapat disimpulkan bahwa Kriyamana Karmaphala adalah perbuatan yang dilakukan pada kehidupan sekarang, yang hasilnya akan didapatkan pada kehidupan yang akan datang.

Dalam kehidupan sehari-hari nya tentu kita pastinya pernah berfikir, kenapa dalam kehidupan ini saya kurang beruntung ? selalu ditimpa oleh kesialan ataupun masalah yang bertubi-tubi. Padahal dalam kehidupan sehari-hari saya selalu berbuat baik, sering membantu orang, dan selalu rajin sembahyang. Tentunya pertanyaan-pertanyaan tersebut sering sekali muncul di benak kita.

Hal tersebut merujuk pada salah satu jenis karmaphala yaitu sancita karmaphala, yang menekankan pada karma (perbuatan) di kehidupan terdahulu, namun karena phala (hasil) dari perbuatan tersebut belum habis dinikamati pada kehidupan terdahulunya maka sisa phala (hasil) tersebutlah yang harus dinikamati pada kehidupan saat ini. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa setiap manusia dalam kehidupan ini mempunyai tabungan karma baik dan karma buruk akibat wasana karma (hasil perbuatan) pada kehidupan sebelumnya. Sehingga jika di kehidupan sebelumnya kita lebih banyak berbuat baik, pastinya di kehidupan yang akan datang atau pada kehidupan saat ini kita akan menerima  banyak kebahagiaan, begitu pun sebaliknya jika di kehidupan sebelumnya kita lebih banyak berbuat buruk maka pastinya di kehidupan mendatang atau di kehidupan saat ini kita akan mendapatkan hasil atau balasan yang buruk pula. Hal itulah yang dinamakan sebagai hukum sebab akibat (Karmaphala).

Dalam kitab Suci Bhagawadgita Adhyaya III sloka 9 telah menegaskan pernyataan diatas, yaitu:

"Lokha Yam Karma Bandhanah"

Artinya: Dunia dan kehidupan terikat dengan hukum Karma

Lalu, apakah kita semua bisa memperbaiki karma ?

Hal tersebut tentunya sangat bisa, karena dalam ajaran agama Hindu terdapat banyak cara untuk memperbaiki karma kita. Salah satu cara yang sangat mudah yaitu dengan berhenti menanam karma buruk dan teruslah menanam karma baik. Tentunya cara tersebut sangat bisa untuk kita lakukan karena kita terlahir sebagai manusia merupakan anugerah Tuhan paling sempurna.

Walaupun sejatinya nasib manusia tak bisa lepas dari ikatan hukum karmaphala. Namun, kesempatan lahir sebagai manusia merupakaan saat yang tepat untuk berkarma yang baik. Hal tersebut juga termuat dalam  kitab suci Sarasamuscaya sloka 4 yang menyatakan bahwa:

"Apan ikan dadi wwang, utama juga ya, nimittaning mangkana, wenang ya tumulung awaknya sangkeng sangsara, makasadhanang subhakarma, hinganing kottamaning dadi wwang ika".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun