Layang-layang yang terdapat di lukisan gua tersebut diyakini merupakan layang-layang yang sama dengan tradisi layang-layang Muna yang dilestarikan turun temurun hingga sekarang yaitu layang-layang kaghati. Dalam Bahasa setempat, kaghati berarti daun. Daun yang digunakan untuk membuat layang-layang adalah daun kolope yang sudah kering. Penggunaan daun kolope inilah yang memperkuat dugaan Wolfgang Bieck bahwa material di tradisi layanglayang kaghati adalah bahan-bahan sederhana, tidak seperti material layang-layang di Cina yang menggunakan kain.Â
Terlepas dari kemungkinan mendapatkan status sebagai negara tempat asal-usul layanglayang pertama di dunia, penemuan ini membuktikan bahwa tradisi layang-layang di Indonesia khususnya di Sulawesi Tenggara merupakan salah satu tradisi layang-layang tertua di dunia. Tidak hanya di Sulawesi, penyebaran permainan layang-layang di tanah air meluas hingga ke pulau Bali, Jawa dan Sumatera. Â Â
Sama halnya dengan permainan tradisional lainnya, layang-layang kini sudah jarang dimainkan terlebih di kota-kota besar. Berkurangnya lahan bermain ditambah dengan perkembangan teknologi yang menyediakan banyak permainan digital membuat permainan ini mulai ditinggalkan. Eksistensi permainan layang-layang kini seakan mengandalkan festival yang hanya ada sesekali dalam tiap tahun. Â
Upaya mempertahankan budaya layang-layang di Indonesia dilakukan oleh komunitas pecinta layang-layang dan didirikannya museum layang-layang yang digagas oleh salah satu pionir komunitas tersebut, Endang Puspoyo. Komunitas ini kerap mengikuti festival layanglayang baik di dalam maupun di luar negeri. Layang-layang tradisional Indonesia sering menjadi perhatian karena layang-layang Indonesia memiliki ciri khas dan bahkan beberapa kali menjadi juara di ajang perlombaan layang-layang. Ciri khas layang-layang yang ada di Indonesia tidak lepas dari beragam tradisi dan budaya yang memengaruhi bentuk layang-layang yang ada di tiap daerah (Puspoyo)(Almanfaluthi & Juniar, 2020).
DAFTAR ISI
Abd Rahim @ Sulaiman, R., Zahari, S. S., Roslan, N. F., Ahmad Tarmizi, M. S. H., Ismail, A., Mohd Salleh, A. N. R., & Saad, M. H. (2023). Pemikiran visual daripada permainan tradisional kanak-kanak menerusi konsep sosial budaya. International Journal OfArt & Design (IJAD), 7(2), 141--152.
Almanfaluthi, B., & Juniar, J. (2020). Konsep Motion Graphics Pengenalan Layang-Layang Sebagai Budaya Bangsa. Jurnal Desain, 7(2), 99. https://doi.org/10.30998/jd.v7i2.5361
Asih, S. W., & El-Yunusi, M. Y. M. (2024). Permainan Tradisional dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini. Ceria: Jurnal Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, 13(1), 150. https://doi.org/10.31000/ceria.v13i1.10604
Aulia, D., & Sudaryanti, S. (2023). Peran Permainan Tradisional dalam Meningkatkan Sosial Emosional Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(4), 4565--4574. https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i4.4056
Nugrahastuti, E., Puspitaningtyas, E., Puspitasari, M. (2012). Nilai-Nilai Karakter Pada Permainan Tradisional. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pendidikan Inovasi Pembelajaran Berbasis Karakter Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, 265--273.
Permainan, E., Bagi, T., Muda, G., Upaya, D., Permainan, P., Sudah, Y., Radyanto, M. R., & Cahyani, A. T. (2022). Program Pasca Sarjana , FEB , Universitas Stikubank Semarang Fakultas Teknologi Informasi Universitas Stikubank Semarang Fakultas Teknologi Universitas Stikubank Semarang Program Magister Manajemen , FEB , Universitas Diponegoro Semarang. 5(2), 96--100.