Mohon tunggu...
Dea Amanda Putri
Dea Amanda Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Dea Amanda Putri

Dea Amanda Putri XII MIPA 1

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Choice

24 Februari 2021   09:41 Diperbarui: 24 Februari 2021   09:58 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


     "Ibu bertahan karena kamu sayang, Ibu takut tidak bisa membiayai kamu jika kita berpisah dari Ayahmu Ri," tangis Ibu semakin pecah karena mengingat betapa sakitnya dia selama ini menahan lukanya yang sengaja dia sembunyikan dari Valerie.


     "Ibu Riri yakin kita pasti bisa, Ibu punya Riri. Jadi, ayo kita berjuang bersama-sama." Ucap Riri sambil menampakkan senyum cerahnya yang bisa memberi kekuatan pada sang Ibu.


     Saat ini, Valerie dan Ibunya sedang diam menunggu kehadiran Ayahnya. Ibunya akhirnya menyetujui permintaan Valerie untuk berpisah dengan sang Ayah, meskipun Valerie harus meyakinkan Ibunya beberapa kali. "Ri, Ibu takut. Ibu takut akan menyesal nantinya," ucap sang Ibu yang memecah keheningan diantara mereka berdua.


     "Ibu, masa Ibu mau terus-terusan bertahan? Aku malah sedih harus melihat Ibu terus-menerus di sakiti oleh Ayah." Jawab Valerie dengan nada meyakinkan kepada sang Ibu. Karena jujur saja Valerie benar-benar ingin membawa sang Ibu pergi agar beliau tidak lagi harus menerima sakit hati yang di sebabkan oleh Ayahnya.


     Tidak lama, orang yang mereka tunggu-tunggu akhirnya pulang. Ayahnya pulang dengan wajah yang berseri-seri benar-benar seperti remaja yang sedang jatuh cinta.


     "Mas ada yang mau aku bicarakan," ucap Ibu sambil menatapnya dan mengisyaratkannya untuk duduk di sofa.


     "Ada apa? Cepat saya lelah," jawabnya sambil mendudukan dirinya di sofa. Sungguh, ekspresinya berubah begitu cepat saat Ibu berbicara padanya.


     "Aku ingin cerai," ucap Ibu dengan sekuat tenaga menahan air matanya tumpah, sambil meremas bajunya sendiri. Valerie yang melihat itu langsung menggenggam tangan sang Ibu untuk menguatkannya.


     "Baguslah, saya memang menunggu kamu untuk menceraikan saya," kata-kata sangat mudah sekali keluat dari mulutnya, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Bahkan setelah mengucapkan kata-kata itu, dia langsung pergi ke kamar tanpa mengucapkan apapun lagi.


     Tangis Ibu pecah, Valerie tidak sanggup melihatnya namun ia harus terlihat kuat agar Ibunya tidak semakin sedih. "Ibu sudah jangan sedih masih ada Riri disini," Valerie berharap dia benar-benar bisa membuat Ibunya semakin kuat.


     Seminggu berlalu, tak terasa hari ini adalah hari dimana sidang perceraian akan di laksanakan. Namun, Valerie tidak menemani Ibunya di persidangan padahal dia ingin hadir memberikan kekuatan bagi sang Ibu, tapi apa daya dia memiliki jadwal ujian hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun