Sebelumnya, saya hanya mengetahui Syarikat Islam dari guru Sejarah pada waktu sekolah dulu. Tepatnya saat Sekolah Menengah Atas. Itupun dalam versi buku pelajaran Sejarah. Tertulis jika Syarikat Islam lahir pada tahun 1912 alias lebih muda 4 tahun dari Boedi Oetomo yang lahir pada tahun 1908, dan dinobatkan sebagai organisasi tertua di Indonesia.
Padahal, kalau kita googling dan membuka situs wikipedia, atau membaca buku tentang sejarah republik ini, maka tertulis Syarikat Islam merupakan kelanjutan dari perjuangan Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh Haji Samanhudi di Laweyan, Solo pada tahun 1905. Hingga akhirnya, pada tahun 1912, Haji Oemar Said Tjokroaminoto mengganti nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam (sekarang menjadi Syarikat Islam).
Walaupun dalam kurikulum pelajaran Sejarah disebutkan kelahiran Syarikat Islam pada tahun 1912, toh bagi kaum Syarikat Islam tetap keukeuh merayakan milad pada tanggal 16 Oktober setiap tahunnya. 16 Oktober adalah tanggal kelahiran Sarekat Dagang Islam.
Dalam tulisan ini, saya tidak bermaksud untuk menuliskan secara panjang lebar lagi sejarah kelahiran Syarikat Islam. Karena bagi saya, itu tugas sejarawan untuk meluruskannya. Tugas saya selaku kaum muda Syarikat Islam adalah memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan Syarikat Islam dan berperan aktif dalam memberikan sumbangsih pemikiran serta tenaga bagi kemaslahatan umat dan bangsa.
Seperti Mobil Mewah yang Sudah Lama Parkir
Sejak kelahirannya pada tahun 1905, Syarikat Islam atau dulu bernama Sarekat Dagang Islam telah berperan aktif dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa. Semangat untuk memerdekakan Indonesia begitu menggebu-gebu. Semangat melawan penjajah sangat tinggi. Dimotori oleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto, Syarikat Islam menjadi garda terdepan dalam melawan penjajah dan memerdekakan Indonesia.
Syarikat Islam pun telah melahirkan tokoh bangsa, seperti Soekarno, Agus Salim, Abikoesno Tjokrosoejoso (ketiganya merupakan anggota Panitia Sembilan/Perumus Pancasila), Abdul Muis dan beberapa tokoh nasional lainnya. Tak hanya tokoh pergerakan kemerdekaan ataupun founding father bangsa, tokoh yang bergerak didunia keislaman pun sempat berproses di Syarikat Islam. Tokoh tersebut diantaranya adalah Wahab Chasbullah (salah seorang pendiri Nahdatul Ulama).
Namun, kehebatan Syarikat Islam dimasa pra kemerdekaan tidak berlanjut pasca kemerdekaan, terutama di zaman orde baru. Syarikat Islam asyik dengan konflik yang berkepanjangan. Ditengarai, menurut keterangan beberapa senior, pemicu konflik di Syarikat Islam berawal dari Syarikat Islam menjadi partai politik. Alhasil, Syarikat Islam pun terbelah. Ada istilah Syarikat Islam Merah dan Syarikat Islam Putih.
Semua itu berubah ditahun 2015 yang lalu saat Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2013-2015, Dr. H. Hamdan Zoelva, SH. MH terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat/Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam masa jihad 2015-2020 dalam Kongres yang digelar di Bandung, Jawa Barat.
Dalam setiap pidatonya, Hamdan Zoelva selalu menyampaikan akan membawa Syarikat Islam kembali ke azimuth nya, yang berarti Syarikat Islam fokus kepada pemberdayaan umat islam, baik secara ekonomi, sosial, budaya dan politik.
Ia menegaskan bahwa Syarikat Islam tidak akan berpolitik praktis, dan Syarikat Islam akan menjaga jarak yang sama dengan partai politik.
Karena, dalam bidang siyasah (politik), Syarikat Islam fokus untuk mengkader anak muda menjadi seorang politisi yang sesuai dengan nilai-nilai, ideologi, serta pemikiran Syarikat Islam dan Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang diaplikasikan melalui Sekolah Politik Kebangsaan HOS Tjokroaminoto.
Terbukti, saat pemilu presiden tahun 2019 yang lalu, Syarikat Islam mampu melaksanakannya dan tidak terbawa kepada politik praktis dan tetap menjaga netralitasnya hingga sekarang. Beberapa pendapat untuk menjadi masukkan bagi pemerintah pun sering ditulis dan disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat/Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam.
Tantangan yang dihadapi oleh Syarikat Islam setelah ‘babak belur’ oleh konflik internal adalah konsolidasi organisasi. Setelah itu, baru berbicara kontribusi organisasi.
Perihal bagaimana memberikan kontribusi, saya teringat ungkapan “Syarikat Islam itu seperti mobil mewah yang sudah lama terparkir”.
Seperti halnya mobil yang terparkir, Syarikat Islam pun terkesan hanya berdiam diri alias tidak mampu bergerak dalam memberikan kontribusinya terhadap perkembangan umat dan bangsa. Padahal, mobil yang terparkir itu adalah mobil mewah.
Mobil mewah yang punya kontribusi yang sangat besar bagi kemerdekaan bangsa dan negara. Catatan sejarah dimulai melalui perjuangan seorang Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang konsisten untuk melawan penjajah yang dilanjutkan oleh salah seorang muridnya, Ir. Soekarno yang kita kenal sebagai seorang proklamator dan presiden pertama Republik Indonesia.
Peran Organisasi Serumpun
Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan, Syarikat Islam memiliki beberapa organisasi serumpun atau organisasi otonom. Adapun beberapa organisasi serumpun yang saya ketahui adalah Pertahanan Ideologi Sarekat Islam (PERISAI), Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI), Sako Pramuka Siap, Gerakan Tani Syarikat Islam (GERTASI), Pemuda Muslimin Indonesia, Syarikat Islam Tanggap Bencana (SIGAP), Gerakan Organisasi Buruh Syarikat Islam (GOBSI), Serikat Pelajar Muslimin Indonesia (SEPMI) dan Wanita Syarikat Islam (WSI).
Peran organisasi serumpun dalam melakukan gerakan cukup besar. Kegiatan-kegiatan pun banyak dilakukan oleh organisasi serumpun. Semua kegiatan dilakukan dengan tujuan mengenalkan Syarikat Islam kepada masyarakat, terutama bagi generasi milenial yang tahu Syarikat Islam hanya dari buku pelajaran Sejarah.
Saya melihat dengan sangat objektif bahwa tidak semua organisasi serumpun yang mampu melakukan pergerakan secara massif. Beberapa organisasi serumpun masih belum bisa melakukan kegiatan alias vakum.
Padahal, Hamdan Zoelva selaku Ketua Umum sudah memberikan kebebasan bagi organisasi serumpun untuk berkarya dan berkegiatan. Beliau pun siap memberikan dukungan penuh terhadap semua karya dan kegiatan yang dilakukan organisasi serumpun.
Saya sebagai pengurus Pimpinan Pusat Pertahanan Ideologi Sarekat Islam (PP PERISAI) dan pengurus Tjokroaminoto Institute (lembaga yang menyelenggarakan Sekolah Politik Kebangsaan HOS Tjokroaminoto) pun merasakan bagaimana dukungan yang diberikan oleh Hamdan Zoelva untuk setiap kegiatan yang digelar oleh PERISAI dan Tjokroaminoto Institute.
Saya tak tahu kenapa beberapa organisasi serumpun masih vakum melakukan kegiatan. Namun, yang jelas dalam beberapa kali ikut kegiatan yang dilaksanakan oleh PP PERISAI ataupun Pengurus Besar Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (PB SEMMI), kita selalu melakukan kolaborasi dengan pihak lain diluar Syarikat Islam dan mandiri dalam mencari pembiayaan.
Bahkan, untuk mensosialisasikan setiap kegiatan yang kita laksanakan, ada beberapa media online yang kita kelola dan ikut memberitakannya. Lagi-lagi, semua yang kami lakukan hanya untuk membuat Syarikat Islam dikenal (lagi) oleh masyarakat. Hanya untuk memastikan jika mobil mewah yang parkir itu lambat laun sudah mulai berjalan menyusuri jalanan bangsa dan negara. Tidak lagi berdiam diri di parkir.
Momentum Bekerjasama Ditengah Wabah
Ada fenomena menarik bagi saya setelah memutuskan ikut masuk kedalam organisasi serumpun Syarikat Islam, yakni kebebasan yang diberikan untuk mengembangkan organisasi serumpun. Jamak terjadi disebuah organisasi sosial kemasyarakat, termasuk Syarikat Islam, jikalau organisasi serumpun pun berlomba-lomba melakukan kegiatan setelah diberi ruang untuk berkreasi.
Apalagi, medio 2015-2020 merupakan momentum yang tepat bagi organisasi serumpun untuk keluar dari tempat parkirnya. Dahulu, menurut beberapa senior di Syarikat Islam, tepatnya sebelum Syarikat Islam diketuai oleh Hamdan Zoelva, Syarikat Islam beserta organisasi serumpun masih belum bisa melakukan seabrek kegiatan seperti sekarang.
Misalnya, PERISAI dan SEMMI yang tak kenal lelah selalu melakukan berbagai kegiatan. Mulai dari kegiatan kecil-kecilan hingga kegiatan berskala besar. Hampir setiap bulan dilakukan diskusi dan kajian mengenai masalah kebangsaan di sekretariat PERISAI dan SEMMI yang juga menjadi sekretariat Syarikat Islam, dengan mengundang organisasi kemahasiswaan dan pemuda lainnya.
Terlalu panjang juga tulisan ini jika saya tuliskan satu persatu kegiatannya. Cukup di googling saja. Bahkan, sekretariat Syarikat Islam di Jalan Taman Amir Hamzah Nomor 2, Pengangsaan, Menteng, Jakarta Pusat pun kita beri nama sebagai Rumah Kebangsaan HOS Tjokroaminoto.
Kerjasama apik yang selalu dibangun oleh PERISAI dan SEMMI hendaknya dapat juga dilakukan oleh organisasi serumpun lain. Organisasi serumpun jangan merasa minder atau gengsi untuk memulai melakukan kerjasama. Toh, ibarat sebuah rumah, kita satu atap.
Menurut hemat saya, beberapa organisasi serumpun yang tak mau melakukan kegiatan secara bersama-sama lebih disebabkan oleh masih kurang optimalnya komunikasi antar organisasi serumpun, kurang kompaknya organisasi serumpun, hingga tingginya naluri persaingan yang ada dalam setiap organisasi serumpun.
Jika persaingannya sehat dengan tujuan agar semua organisasi serumpun dapat berlomba-lomba melakukan kegiatan sekaligus mengenalkan Syarikat Islam, tentu tidak ada masalah. Namun, akan berbeda jika akhirnya persaingan antar organisasi serumpun menjurus kepada konflik yang tidak sehat, apalagi sampai saling menjatuhkan.
Andaikan semua organisasi serumpun melakukan kerjasama seperti PERISAI dan SEMMI, baik untuk mengkritik ataupun membantu pemerintah, saya berani bertaruh akan menjadi kekuatan luar biasa dan memiliki daya ledak yang tinggi bagi pemerintah. Betapa tidak, dengan banyaknya organisasi serumpun dengan berbagai latar belakang, maka kita bisa memberikan sumbangsih sesuai posisi masing-masing ditambah dengan nama besar Syarikat Islam.
Menurut saya, momentum kerjasama ini ada disaat wabah Covid-19. Memang, Syarikat Islam telah membentuk Satgas Syarikat Islam Covid-19 (PERISAI sebagai operator) dan Salam Radio (sebagai pengarusutamaan informasi tentang Covid-19/SIGAP sebagai operator). Selain itu, Kaum Muda Syarikat Islam yang diinisiasi oleh SEMMI pun ikut terlibat dalam penanganan Covid-19. Sedangkan, organisasi serumpun yang lain saya tidak tahu kabarnya. Namun, kesannya jalan sendiri-sendiri. Tak terlihat kerjasama yang apik.
Kerjasama itu, misalnya, gabungan organisasi serumpun Syarikat Islam memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk memerangi wabah Covid-19. Gerakan Tani Syarikat Islam memberikan rekomendasi dibidang pertanian, Gabungan Organisasi Buruh memberikan rekomendasi untuk penyelamatan buruh harian disaat Pembatasan Sosial Berskala Besar diberlakukan serta pemutusan hubungan kerja besar-besaran yang dilakukan perusahaan kepada buruh, dan organisasi serumpun lainnya yang disesuaikan dengan tugas pokok fungsi masing-masing.
Jika hal itu dilakukan, organisasi serumpun akan disorot, pemerintah pun akan cepat dalam menanggapinya, karena daya dukung yang kuat. Sehingga kedepan, tidak ada lagi mobil mewah yang masih terparkir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H