Mohon tunggu...
Dede Prandana Putra
Dede Prandana Putra Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Alumni HMI dan Kaum Muda Syarikat Islam | Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang pernah berkuliah Pascasarjana jurusan Kajian Ketahanan Nasional UI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Syarikat Islam, Organisasi Serumpun, dan "Mobil Mewah yang Masih Terparkir"

12 April 2020   15:24 Diperbarui: 12 April 2020   16:38 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya tak tahu kenapa beberapa organisasi serumpun masih vakum melakukan kegiatan. Namun, yang jelas dalam beberapa kali ikut kegiatan yang dilaksanakan oleh PP PERISAI ataupun Pengurus Besar Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (PB SEMMI), kita selalu melakukan kolaborasi dengan pihak lain diluar Syarikat Islam dan mandiri dalam mencari pembiayaan.

Bahkan, untuk mensosialisasikan setiap kegiatan yang kita laksanakan, ada beberapa media online yang kita kelola dan ikut memberitakannya. Lagi-lagi, semua yang kami lakukan hanya untuk membuat Syarikat Islam dikenal (lagi) oleh masyarakat. Hanya untuk memastikan jika mobil mewah yang parkir itu lambat laun sudah mulai berjalan menyusuri jalanan bangsa dan negara. Tidak lagi berdiam diri di parkir.

Momentum Bekerjasama Ditengah Wabah

Ada fenomena menarik bagi saya setelah memutuskan ikut masuk kedalam organisasi serumpun Syarikat Islam, yakni kebebasan yang diberikan untuk mengembangkan organisasi serumpun. Jamak terjadi disebuah organisasi sosial kemasyarakat, termasuk Syarikat Islam, jikalau organisasi serumpun pun berlomba-lomba melakukan kegiatan setelah diberi ruang untuk berkreasi.

Apalagi, medio 2015-2020 merupakan momentum yang tepat bagi organisasi serumpun untuk keluar dari tempat parkirnya. Dahulu, menurut beberapa senior di Syarikat Islam, tepatnya sebelum Syarikat Islam diketuai oleh Hamdan Zoelva, Syarikat Islam beserta organisasi serumpun masih belum bisa melakukan seabrek kegiatan seperti sekarang.

Misalnya, PERISAI dan SEMMI yang tak kenal lelah selalu melakukan berbagai kegiatan. Mulai dari kegiatan kecil-kecilan hingga kegiatan berskala besar. Hampir setiap bulan dilakukan diskusi dan kajian mengenai masalah kebangsaan di sekretariat PERISAI dan SEMMI yang juga menjadi sekretariat Syarikat Islam, dengan mengundang organisasi kemahasiswaan dan pemuda lainnya.

Terlalu panjang juga tulisan ini jika saya tuliskan satu persatu kegiatannya. Cukup di googling saja. Bahkan, sekretariat Syarikat Islam di Jalan Taman Amir Hamzah Nomor 2, Pengangsaan, Menteng, Jakarta Pusat pun kita beri nama sebagai Rumah Kebangsaan HOS Tjokroaminoto.

Kerjasama apik yang selalu dibangun oleh PERISAI dan SEMMI hendaknya dapat juga dilakukan oleh organisasi serumpun lain. Organisasi serumpun jangan merasa minder atau gengsi untuk memulai melakukan kerjasama. Toh, ibarat sebuah rumah, kita satu atap.  

Menurut hemat saya, beberapa organisasi serumpun yang tak mau melakukan kegiatan secara bersama-sama lebih disebabkan oleh masih kurang optimalnya komunikasi antar organisasi serumpun, kurang kompaknya organisasi serumpun, hingga tingginya naluri persaingan yang ada dalam setiap organisasi serumpun.

Jika persaingannya sehat dengan tujuan agar semua organisasi serumpun dapat berlomba-lomba melakukan kegiatan sekaligus mengenalkan Syarikat Islam, tentu tidak ada masalah. Namun, akan berbeda jika akhirnya persaingan antar organisasi serumpun menjurus kepada konflik yang tidak sehat, apalagi sampai saling menjatuhkan.

Andaikan semua organisasi serumpun melakukan kerjasama seperti PERISAI dan SEMMI, baik untuk mengkritik ataupun membantu pemerintah, saya berani bertaruh akan menjadi kekuatan luar biasa dan memiliki daya ledak yang tinggi bagi pemerintah. Betapa tidak, dengan banyaknya organisasi serumpun dengan berbagai latar belakang, maka kita bisa memberikan sumbangsih sesuai posisi masing-masing ditambah dengan nama besar Syarikat Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun