“Kalau ayah tidak pulang lagi, apakah ibu masih akan menangis lagi?” Aku bertanya pada perempuan paruh baya berwajah sendu yang sedang sibuk membersihkan ruang tamu dengan vacuum cleanernya.
Ibuku menghentikan pekerjaannya sejenak. Dia taruh vacuum cleaner itu di atas karpet, lalu menghampiri dan menaruhku di atas pangkuannya. “Setelah dewasa, kamu harus mengerti satu hal. Kamu tahu guna vacuum cleaner itu?” Tanyanya sambil menunjuk alat penyedot debu itu.
Aku hanya mendongakkan kepala, menatap ke arahnya.
“Vacuum cleaner adalah alat untuk membersihkan debu dan kotoran. Agar rumah kita bersih dan segar.” Ucapnya sambil tersenyum. Senyum yang sudah lama tak kulihat menggaris di bibirnya.
Aku masih terlalu kecil untuk memahami apa yang dikatakan ibuku tentang vacuum cleaner kala itu.
Tapi waktu terus berjalan. Aku terus tumbuh. Dan hari ini, setelah aku cukup dewasa, aku kembali teringat suatu waktu dimana ibuku membersihkan debu di ruang tengah.
Kini aku mengerti; itu bukan debu. Yang tersedot oleh vacuum cleaner itu adalah serpihan tubuh ayahku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H