Mohon tunggu...
Dayu Rifanto
Dayu Rifanto Mohon Tunggu... Pengajar -

Pengajar, Pegiat Sosial. Blogger, Menyukai memasak. Pendiri @Bukuntukpapua

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Widiang Maharani Maidepa, 7 Tahun bersama Rumah Baca Angkasa

3 Juli 2015   17:27 Diperbarui: 3 Juli 2015   17:27 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Mama Rani bersama anak - anak yang datang belajar ke Rumah Baca Angkasa miliknya, Jayapura - Red. DR)

 

Widiang Maharani Maidepa (46), atau biasa disebut Mama Rani Maidepa, merupakan pendiri dari Rumah Baca Angkasa, Jayapura. Perempuan yang bersuamikan Toshi Maidepa dan telah memiliki dua anak yaitu Michael Maidepa dan Michi Maidepa ini merupakan sosok menarik, melihat apa yang telah dilakukannya di sela kesibukannya.

Rumah Baca Angkasa yang didirikannya 7 tahun lalu dan masih berdiri sampai dengan sekarang, merupakan wujud konsistensinya berbagi kepada anak-anak di lingkungan sekitar rumahnya di Angkasa. Keterpanggilan ini karena impian besarnya, yaitu memiliki Perpustakaan Umum dan keliling, di Jayapura.

Senin malam, 8 Juni 2015, inisiatif yang dibuatnya yaitu Rumah Baca Angkasa akan mengudara di Jaya TV pada pukul 21.00 WIT pada program Sahabat Papua. Dalam interview elektronik ini, penulis berkesempatan bertanya banyak hal kepada Mama Rani, simak wawancaranya.

Apa kabar Mama Rani, sekarang ini di rumah baca ada berapa banyak volunteer yang membantu?

Sekarang ini ada 6 Volunteer yang membantu, walau volunteer datang sebisa mereka, terutama saat ada waktu luang. Satu bulan kadang ada yang datang satu kali saja, tapi ada yang cukup sering yaitu 3-4 kali atau setiap minggu dalam sebulan volunteer tersebut datang.

Saat liputan dengan Jaya TV, dari volunteer yang bisa hadir adalah Beby, seorang Guru di SMP 3 Polimak dan SMP Paulus Dok 5, Ocha, Mahasiswi tingkat akhir jurusan Bahasa Inggris di Universitas Cenderawasih. Sedangkan anak-anak di rumah baca yang diwawancarai adalah satu anak kelas 6 SD yaitu Gebby Kiriwaib.

Sudah sejak kapan inisiatif rumah baca Angkasa ini berdiri?

Kegiatan bermain dan belajar bersama anak-anak sudah berlangsung kurang lebih 7 tahun, tetapi perpustakaan yang ada sekarang ini baru 2 tahun belakangan.

Ada berapa banyak anak-anak yang sering ke rumah baca, rentang usia? dan bagaimana tanggapan warga sekitar terhadap adanya rumah baca?

Sekarang ini ada sekitar 20 sampai 28 anak yang rajin datang berkunjung ke rumah baca,  dengan rentang usia mulai dari 2 tahun sampai dengan 15 tahun. Ada yang sudah tidak bersekolah, walau masih dalam rentang usia sekolah yaitu kira-kira ada 6 orang anak. Balita sendiri kadang diajak oleh kakaknya terkadang sampai 7 orang anak balita ikut serta ke rumah baca. Dan ada yang walaupun sudah berusia di atas 10 tahun masih belum bisa membaca dan menulis, sehingga saya mengajarkannya membaca dan menulis.

Puji Tuhan, warga sekitar mendukung. Dari cerita yang saya dengar dari anak-anak yang datang bermain dan belajar di rumah baca, orang tua mereka suka mengingatkan untuk ke rumah baca supaya pintar daripada hanya bermain-main saja.

Apa saja kegiatan yang Mama Rani dan volunteer lakukan bersama anak-anak ini di Rumah Baca Angkasa?

Kegiatan yang biasanya kami lakukan adalah belajar, dimana hal ini termasuk belajar sambil bermain, menemani anak-anak belajar Bahasa Inggris, Matematika dan pelajaran lainnya, mengerjakan PR atau tugas-tugas sekolah. Juga kami bermain sambil menggambar, memainkan aneka permainan edukasi, membacakan cerita anak-anak.

Bagaimana dengan perkembangan kemampuan membaca anak-anak yang belum bisa membaca, dan kebetulan sering ke rumah baca?

Agak sulit melihat perkembangannya, untuk mereka yang baca tulis kesulitannya adalah karena kehadiran mereka di rumah baca tidak rutin sehingga terkadang saya harus mengulangi pelajaran yang mereka pernah dapat, terkadang mereka pun sudah lupa. Tidak rutin ke rumah baca karena mereka biasanya membantu orang tuanya berjualan.

Inisiatif yang baik ini sudah berjalan selama 7 tahun, apakah ada bantuan dari pemerintah daerah untuk rumah baca angkasa ini?

Tidak ada bantuan dari pemerintah. Mungkin karena saya sendiri tidak mencari bantuan tersebut. Sejujurnya saya lebih senang dibantu berupa barang, atau buku jika dibandingkan bantuan berupa dana. 

Saya malah berharap, seandainya ada bantuan berupa pengembangan kapasitas buat kami ini yang mengelola rumah baca. Mulai dari cara mengajar anak-anak yang baik dan menarik, bagaimana mengajarkan anak mudah membaca dan belajar tentang konsep pengajaran montesori. Saya pikir ketiga skill ini merupakan jenis pelatihan yang saya butuhkan.

Jadi selama ini siapa yang sudah membantu Mama Rani dan inisiatif rumah baca angkasanya?

Keluarga tentunya, selain ada teman-teman saya di luar negeri yang juga mendukung (di US), teman-teman di Jayapura juga jejaring inisiatif peduli pendidikan @bukuntukpapua.

Apa saja yang dirasa sudah dibantu oleh jejaring inisiatif peduli pendidikan @bukuntukpapua?

Banyak, karena dengan berjajaring saya mendapat support buku-buku, selain itu volunteer yang datang dan membantu di rumah baca mengetahui inisiatif yang saya lakukan karena media sosial @bukuntukpapua memberitakan yang saya lakukan, selain pertemanan melalui grup whatssapnya. Menambah teman sekaligus saudara. Jadi singkatnya, dengan bantuan itu akhirnya banyak yang membantu inisiatif Rumah Baca Angkasa yang saya kelola.

Apakah Mama Rani mengetahui inisiatif serupa di Jayapura?

Sepertinya ada beberapa, antara lain di Pasar Inpres, di Dok 9, juga Taman Membaca Kali Kemiri dengan Nely Sarwom sebagai pengelola, juga ada kawan-kawan di Gerakan Papua Mengajar dengan Agus dan kawan-kawan disana, juga ada yang saya baru tahu rumah baca Lereng Cycloop. Ada  yang awalnya seperti yang saya lakukan tapi lama kelamaan menjadi PAUD. 

Saya sendiri merasa lebih cocok jika menjadi perpustakaan, rumah baca, dengan segala usia dapat datang dan membaca disini. Senang juga rasanya jika inisiatif-inisiatif mandiri ini bisa saling support, terhubung satu dengan lainnya karena dengan begitu kami bisa saling berbagi buku, berbagi pengetahuan.

Apa impian terbesar dari seorang Mama Rani?

Buku !. Impian memiliki perpustakaan umum untuk anak-anak sudah lama sekali menghantui. Dan terwujud salah satunya berkat donasi buku oleh BUP. Itu sebabnya kami langsung bongkar garasi, di sekat menjadi perpustakaan kecil. Saya tidak ingin anak-anak yang datang hanya diam membaca saja, tapi di perpustakaan itu mereka bisa belajar banyak hal. Terkadang juga seringnya ada anak-anak yang curhat atau berbagi cerita. 

Ingin juga punya mobile library atau perpustakaan keliling, jadi menjangkaunya lebih luas lagi.

Saya pernah diwawancara salah satu stasiun TV sebelum Jaya TV dan ada pertanyaan seperti ini. Saat istirahat, mereka bilang, Mama Rani, ada mobil perpustakaan keliling dari salah satu instansi yang mereka tahu tidak sering beroperasi dan kata mereka sepertinya boleh dipakai, wah gila rasanya, dengar hal itu rasa rasanya impian saya sedang dalam perjalanan mendekati diwujudkan. 

Saya juga ingin sekali dapat membuat volunteer tetap, yang rutin datangnya, karena terkadang hanya saya sendiri yang menangani anak-anak, bisa dibayangkan kan kalau pas sendirian dan kebetulan ada anak-anak yang masih cukup kecil juga ikut datang bermain.

Bagaimana Mama Rani melihat pentingnya mengajarkan cerita-cerita lokal, cerita rakyat, budaya kepada anak-anak dan apakah mudah mencari buku-buku bermateri konteks lokal?

Perlu, buku-buku cerita rakyat Papua anak-anak suka meminjam dan membacanya di rumah. Walau memang agak sulit saya menemukan buku-buku dengan konteks lokal dan sudah begitu terkadang yang saya dapatkan dari cara menceritakan dan gambarnya agak kurang menarik. Tapi biarpun begitu, karena ada "Papua"nya, anak-anak sangat ingin tahu sekali isi cerita buku-buku tersebut dan saya pikir ini baik sekali.

Jika buku kurang menarik, tentu ada buku pembanding yang Mama Rani pernah lihat disukai anak-anak ya?

Kebetulan ada buku-buku bacaan kiriman teman dari Amerika yang anak-anak sukai. Meski bukunya berbahasa Inggris, tapi anak-anak betah membacanya. Dengan melihat urutan gambarnya mereka secara cerdas bisa memperkirakan jalan ceritanya. Mungkin karena kombinasi 3 hal: Gambar ilustrasi yang menarik, bahasa sederhana, dan tulisannya sedikit.

Jadi, saya yakin sekali, kalau ada buku berbahasa Indonesia, apalagi dikombinasikan dengan bahasa atau dialek lokal, atau bahkan buat belajar bahasa salah satu suku di Papua yang dibuat dengan mengkuti 3 kombinasi diatas, pasti lebih disukai daripada buku berbahasa asing, karena lebih mudah dimengerti.

Kalau teman-teman yang membaca wawancara ini ingin membantu Rumah Baca Angkasa, boleh diinformasikan alamat serta jenis  buku-buku apakah yang dibutuhkan?

Buku cerita bergambar, ini untuk menumbuhkan minat baca terutama. Kamus-kamus bergambar juga sangat dibutuhkan anak-anak untuk mengerjakan tugas sekolah mereka. Kamus-kamus ini kadang sampai lecek karena seringnya dipinjam dan dibaca.

Alamat rumah baca sendiri adalah Jl. Lembah II/ 7 Angkasa Jayapura (dekat Diah Graha)

Terimakasih Mama Rani karena sudah mau menjawab beragam pertanyaan. Apa ada pesan kepada teman-teman yang membaca kisah Mama Rani ini?

Terimakasih kembali, mudah-mudahan cerita saya ini bisa menginspirasi teman-teman yang membaca. Karena jika kita mau berbuat sesuatu untuk orang banyak, tidak perlu harus punya ini dan itu, melangkah saja. Selanjutnya Tuhan pasti buka jalan. Dan tidak perlu khawatir God Will Provide. Saya percaya itu. (Dayu Rifanto/BUP/MS)

 

Daftar istilah:

 

US : United States (Amerika)

BUP : Bukuntukpapua

Lecek: kumal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun