Mohon tunggu...
D. Rifanto
D. Rifanto Mohon Tunggu... Konsultan - Membaca, menulis dan menggerakkan.

Tinggal di Sorong, Papua Barat. Mempunyai ketertarikan yang besar pada isu literasi dan sastra anak, anak muda serta pendidikan masyarakat. Dapat dihubungi melalui dayurifanto@gmail.com | IG @dayrifanto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Margired Pondajar : Penulis Buku Anak di Manokwari.

22 November 2021   06:13 Diperbarui: 7 Januari 2022   21:28 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau menurut saya ya tidak juga, sebenarnya ada banyak penulis lain dari Papua tetapi bisa saja "Bapa dorang yang tidak tahu."

Jadi bibit menulis itu tersemai saat di Surabaya, tetapi bagaimana rasanya ketika lulus dan kembali ke Manokwari untuk mengajar dan menulis?

Syukurnya selama ini saya tidak merasa ada kendala personal dan internal dari diri tentang penulisan, tetapi kalau mau disebut kendala tentu saja, dan ini soal eksternal misalnya di Manokwari ini sepanjang yang saya tahu tidak ada penerbit buku cerita anak-anak,  dan juga soal ilustrasi gambar pada buku cerita yang saya tulis belum mudah saya mencari ilustratornya di Manokwari. Itu sebab, kalau saya mau membuatkan ilustrasi maka saya harus ke luar Manokwari, misalnya ke Yogyakarta, kita harus jelaskan baik deskripsi Papua seperti apa, konteksnya seperti apa, dan ini tentu butuh biaya transport yang tidak murah, belum lagi biaya ilustrasi dan yang lainnya.

Itu sebab kalau ada banyak penerbitan, illustrator di Manokwari atau Papua wah itu akan membantu saya dan teman-teman penulis lainnya.

Semoga demikian kaka, amin. Nah kalau menulis tentu berasal dari kebiasaan membaca, siapa kah sosok yang membuat kaka suka membaca?

Kebiasaan membaca datang dari Mama. Jujur, saya punya Mama itu tidak tamat sekolah, tidak sekolah tinggi seperti kami. Tapi luar biasa sekali perhatiannya pada pendidikan, contohnya kalau kami bepergian Mama selalu bawa kami buku. Buku yang biasa Mama kasih kami baca itu seperti buku Tom dan Regi, kota emas. Terus meningkat menjadi buku-buku cerita rakyat Irian jaya, dulu masih hitam putih ilustrasinya. Itu sudah, Mama dia yang membiasakan kami.

Sampai sekarang ketika tahu saya menulis buku, Mama mendukung dan senang sekali. Beliau menitipkan pesan bahwa didikan melalui cerita yang orang tua kasih, harus diturunkan kepada yang lain supaya orang lain bisa mendidik juga melalui cerita, dan dengan begitu membaca buku itu seperti mendapat berkat.

Aduh salam hormat buat beliau kaka, sa penasaran, sampai sekarang kaka sudah menulis berapa banyak buku?

Kalau draft naskah saya ada tulis sekitar 25 naskah, tetapi yang sudah diterbitkan baru ada 4 buah buku terdiri dari 2 buku kumpulan cerita, dan dua buku cerita anak bergambar yaitu Kisah Tumbi dan Isaiyori.

Apa pentingnya buku cerita yang seperti kaka Ibu tulis dan terbitkan ini?

Saya kira cerita-cerita ini penting. Karena dahulu orang tua mendidik anak tidak menggunakan metode-metode seperti hari ini, tetapi yang kami rasakan orang tua mendidik kami melalui cerita-cerita rakyat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun