Dengan alasan: "mengajar dia untuk berpikir sebaliknya itu" dalam arti untuk menunjukkan bahwa Raffles-Inggris lebih berkuasa daripada Belanda-Prancis (Napoleon) yang lebih dahulu menguasai Jawa- Yogyakarta, maka Raffles-Inggris menghukum Belanda-Prancis-Sultan Yogyakarta dengan kekerasan.Â
Dan tindakan kekerasan penghukuman yang dilakukan oleh pasukan Raffles-Inggris itu telah berhasil, karena memang pasukan-pasukan Inggris memporak-porandakan kekuatan pasukan Belanda-Prancis dan Kesultanan Jawa-Yogyakarta. (Baca Anhar Gonggong, Kolonialis -- Imperialis Raffles -- Inggris VS Belanda -- Prancis Memperebutkan Jawa Nusantara : Sebuah Catatan dalam Rangka 30 Tahun Hamengku Buwono X Sebagai Sultan Gubernur DIY Yogyakarta)
Sejatinya, kita tidak bisa memberikan perbandingan baik atau buruknya dijajah antara Negara A dan Negara B, dijajah Belanda juga tidak selalu buruk, karna pada saat itu tetap adanya hubungan antara pemerintahan Belanda dengan raja-raja lokal, pembangunan jalan raya pos Anyer sampai Panarukan yang panjangnya 1000 sekitar kilometer, atau hadirnya penulis terkenal Multatuli dengan bukunya Max Havelaar, atau pada saat Jepang sebagai negara yang akhirnya memberikan kemerdekaan bagi Indonesia, meskipun juga banyak tindakan yang tidak mengenakan dari Jepang kepada Indonesia.
Referensi
Bernard H.M. Vlekke, Nusantara Sejarah Indonesia, Gramedia, Jakarta, 2018, hal. 238
G.J Resink, Bukan 350 Tahun Dijajah, Depok, Komunitas Bambu, 2013.
Major William Thorn, Memoir of the Conquest of Java, Yogyakarta, Indoleterasi, 2015.
Peter Carey, Inggris di Jawa 1811-1816, Jakarta, Kompas, 2017.
Proceeding International Symposium On Javanese Studies and Manuscript of Keraton Yogyakarta.
Tim Hannigan, Raffles dan Invasi Inggris Ke Jawa, Jakarta, Gramedia, 2017.
Penulis
Davit Yuliyanto adalah lulusan Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H