Dikejar-kejar Pak RW
Paginya saya berburu sarapan pagi ke jalan sebelah rumah, di mana beberapa pedagang makanan berdagang di balik portal yang tutup 24 jam selama pandemi ini.Â
Nasib mereka jauh lebih baik dari pedagang mi tektek-tektek semalam. Ada pedagang combro, nasi uduk + ketupat sayur, bubur ayam, soto ayam dan mie ayam, ya dibatasi 5 pedagang saja.Â
Bersyukur akhirnya omset mereka stabil sebagaimana sebelum pandemi, setelah diawal pandemi merasakan babak belur juga. Ini jauh berbeda dengan omset para pedagang makanan di portal dekat masjid yang mengalami penurunan drastis. Padahal sama-sama di pinggir jalan raya.
"Bu, masa Pak RW membatasi waktu berdagang saya dan tukang soto. Katanya kami gentian aja, yang satu sampai jam 12 siang, yang lain nerusin sampai jam 5 sore. Tukang combro, nasi uduk sama bubur ayam tetap full. Kalau enggak mau ntar dipanggilin Satpol PP buat angkut kami berdua."
"Loh Pak RW ngomong langsung sama kamu?"
"Nggak Bu, itu kata tukang nasi uduk."
"Coba ntar saya nanya."
Saya segera menghampiri tukang nasi uduk yang membenarkan kabar tersebut, alasannya Pak RW menerima keluhan dari warga penghuni karena terlalu banyak pedagang makanan di situ.
Menurut saya ini alasan yang dicari-cari karena jalan di samping rumah hanya diisi oleh 6 rumah termasuk rumah saya. Saya mengenal para tetangga ini dengan baik dan merasa pasti mereka bukan orang yang suka mengeluh, apalagi sampai ke ketua RW.Â
Mereka santai aja, malah Pak Walikota yang rumahnya di sebelah, malah mendiamkan saja orang gila yang tiap malam tidur di emperan pagarnya.Â
Bapak Rajak, penghuni yang lain malah senang ada banyak pilihan makan siang. Ibu Joko yang rumahnya paling dekat dengan pedagang malah menawarkan pada Karinem untuk ambil air cuci mangkok di kerannya.Â
Selidik punya selidik, saya akhirnya menyimpulkan kalau sebenarnya Pak RW dipengaruhi oleh tukang combro dan tukang nasi uduk yang ayah-anak. Mereka bersama tukang bubur memang lebih dulu berjualan di sana, sementara tukang mie ayam dan tukang soto datang belakangan.Â
Kedatangan 2 pedagang baru dianggap mengurangi omset. Malah sebenarnya Karinem pernah merasa dikerjai dengan ilmu hitam  karena tetiba saat sedang mempersiapkan mie ayam tiba-tiba gerobaknya terjungkal hingga menumpah semua kuah dan menghancurkan seluruh mangkuk yang ada, padahal dia merasa sudah mempersiapkan gerobak sebaik mungkin.Â