Mohon tunggu...
David Bekam
David Bekam Mohon Tunggu... Konsultan - Inovator yg hidup dengan inovasinya

Inovasi membuat yg tidak mungkin menjadi mungkin www.nzpro.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ikan Hidup akan Selalu Melawan Arus  

27 November 2015   21:18 Diperbarui: 28 November 2015   21:23 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

hidup harus OPTIMIS

Pengalaman adalah guru yang terbaik, begitu kata pepatah yang sering kita dengar, dan memang disaat krisis ekonomi, banyak perusahaan yang membutuhkan karyawan yang “berpengalaman” disbanding yang mempunyai gelar yang banyak, ini terjadi dalam karir saya, dan saya mau bagikan buat teman-teman kompasianers semua.

Pengalaman kerja pertama ,belajar cuci photo

Pengalaman pertama saya belajar bekerja saat saya kelas 2 SMP, saya belajar jadi ajudan kakak angkat saya, ajudan pegang lampu blitz photographer, biasa ikut memotret pengantin, yang saya ingat harus gesit dan cekatan, kamera selalu ada 3 buah, dimana saya harus cepat mengganti roll film yang habis, camera jadul masih manual pengoperasiannya, sehingga memang harus cepat dan akurat, bila tidak maka momentnya akan terlewat, bila itu terjadi maka akan dapat complain dari keluarga pengantin, dan pasti tidak akan dapat rekomendasi yang baik,  

pengalaman itu pula yang membuat saya selalu kerja cepat, saya juga belajar mencetak photo hitam putih, saya cukup paham bekerja dikamar gelap…..sesungguhnya engga gelap banget, masih ada cahaya lampu warna merah, saya juga engga tahu kog disebut kamar gelap, harusnya kamar remang-remang….eh salah, remang-remang konotasinya selalu negative ya….he he he.

Pekerjaan pertama di perusahaan kontruksi di Bali

Lulus SMA tahun 1989 saya mulai bekerja di Bali, tepatnya saat pembangunan Bali Padma Hotel di Jl Legian Kuta Bali, saya bekerja selama 11 bulan, pertama kali bekerja saya dipercaya mengatur administrasi dan keuangan, saya harus belajar cepat untuk stok opname, untuk mengukur volume pekerjaan, menghitung pekerjaan kontruksi besi beton, dan mensuplai kebutuhan pasir, koral dan batu kali, kesempatan saya untuk belajar hal-hal baru, saya cukup tahu diri anak baru lulus SMA umur 19 th masih miskin pengalaman, harus bisa bekerja baik, dan tentu saja harus jujur.

Para mandor yang bekerja dengan perusahaan semuanya merasa puas, terbantu karena saya tidak suka memotong hak mereka, saya selalu membayar tepat waktu, sehingga mereka bekerja cukup bagus, dan semua pekerjaan yang saya kerjakan tidak ada kendala, semua berjalan baik, seingat saya pembayaran projek sampai Rp 40 jutaan perminggu, saat itu di Bali masih aman, sehingga uang saya taruh dibawah bantal saja he he he, gajian tukang baru Rp 3.750,- / hari, kenek tukang Rp 2.750 / hari kalau kenek wanita Rp 1.750,- / hari, makan nasi janggo Rp 300,- / bungkus, wah masih murah ya…..saya belajar banyak selama bekerja di Bali, dari hitungan tersebut maka uang Rp 40 jt sangatlah besar.

Pekerjaan ke dua menjadi pengurus perusahaan truk di Bogor.

Lalu saya kembali ke Bogor, saya diserahkan tugas mengurus truk perusahaan keluarga yang sama dengan perusahaan di Bali, saya harus mengurus administrasi dan operasional truk, belajar mempelajari onderdil, kapan ganti oli, kapan ganti ban, semua saya amati, dan selalu saja ada celah kenakalan sopir, ban sering meledak, karena memang muatan minimal 15 ton tanah liat untuk bahan baku keramik harus diangkut truk Fuso,

karena onkosnya yang masih murah, harus bisa kejar setoran, awalnya saya kebingungan, lalu saya lihat ada yang tidak beres, karena yang meledak adalah ban yang baru diganti, setelah saya amati, ban dijual oleh sopir, diganti ban yang sudah terpakai, sehingga wajar bila meledak, lalu saya buat stempel dari besi, terinspirasi dari cap kuda pada film koboi, jadi saya pakai no polisi truk dan tanggal ganti ban, semenjak itu ban meletus sudah engga terjadi lagi.

Seingat saya bekerja dari jam 6 pagi, semua urusan operasional sampai urusan bank , lalu survey lokasi tambang tanah liat, di Sukabumi dan Cipanas Kabupaten Lebak Banten, saya lakukan secara rutin setiap hari, sehingga saya terbiasa pulang malam,  saya sangat bersemangat bekerja karena merasa ini kesempatan saya bisa punya pengalaman kerja, satu saat saya akan menjadi pengusaha, itu harapan saya.

4 tahun saya bekerja di perusahaan keluarga tersebut, lalu saya mengundurkan diri karena sudah tidak berkembang lagi, usaha sebelumnya hanya mengurus angkutan leveransir dan tanah liat, saat saya kelola perusahaan menjadi suplier tanah liat langsung ke pabrik-pabrik  keramik yang ada di Jawa Barat dan juga tetap mengerjakan leveransir bahan bangunan, dari awalnya mengurus 19 unit truk terdiri dari 8 truk Colt Diesel + 11 truk Fuso, saat saya tinggalkan ada 33 unit truk , 12 truk Colt Diesel dan sisanya truk Fuso dan Tronton,

dan saya merasa punya pengalaman yang cukup untuk menjadi usahawan, setelah saya mengundurkan diri pengganti saya 4 orang, masing-masing mengurus satu pekerjaan, dari administrasi, operasional, administrasi Bank dan mengurus supplier tanah liat, disitu Owner baru menyadari kualitas pekerjaan saya, dimana semua pekerjaan selama ini hanya saya sendiri yang kerjakan, semua karena motivasi dan focus bekerja, membuat saya bisa mengerjakan semuanya.

Pekerjaan ke tiga menjadi Manager Operasional Dealer Gas Elpiji di kota Bogor.

Lalu saya ditawari oleh keluarga istri saya untuk mengelola Dealer Gas Elpiji di Kota Bogor, disini saya harus mulai usaha dari 0, dari pengurusan administrasi perusahaan, mencari gudang sampai membeli kendaraan operasional, semua saya kerjakan sendiri, sebagai perusahaan Dealer Elpiji termuda, saya cukup tahu diri untuk tidak gegabah dalam bekerja, saya targetkan perhari bisa menjual 100 tabung isi 12 kg, selama 2 minggu operasional saya hanya bisa menjual 11 tabung isi 12kg, jauh dari target saya sendiri,'

selama 2 minggu saya belajar strategi dan melatih anak buah yang 90% bukan mantan pekerja Elpiji, hanya 1 Orang saja yang sudah pengalaman di Elpiji, saya pelajari ternyata 4 dealer yang ada menutup celah saya masuk menjual Gas Elpiji ,sehingga saya selalu di tolak untuk menawarkan jualan saya, lalu saya memulai dengan membuat brand “JAMINAN ISI GAS PENUH” saya tulis besar-besar di belakang bak truk pengangkut, samping kiri, samping kanan dan depan, sesuatu yang belum pernah dilakukan dealer gas Elpiji manapun, lalu saya menjemput bola,

tiap hari anak buah saya perintahkan menelepon semua agen dan toko yang menjual Gas Elpiji, bila ada yang kosong maka saya langsung isi, dan saya memulai dari luar kota Bogor, saya memulai ke Cipanas, saya ingat bagaimana saya meyakinkan Ci Yungyung seorang perempuan tangguh, berumur 60 th, yang masih gesit menjual Gas Elpiji di daerah Cipanas, mulai dari situ penjualan Gas Elpiji bisa menutup target saya 3.000 tabung isi Gas Elpiji 12 kg dalam sisa 2 minggu dibulan pertama.

Saya menerapkan target harian, target bulanan, setiap target harian tercapai, maka semua staff mendapat bonus 1 bungkus nasi padang, bila target bulanan tercapai maka semua karyawan dan keluarga di undang syukuran makan nasi ayam bekakak, sehingga semua karyawan merasakan berkat setiap ada peningkatan pendapatan dan mereka merasakan memiliki perusahaan, dan itu memotivasi mereka, dalam 6 bulan saya berhasil menjual rata-rata 1.000 tabung isi Gas Elpiji per harinya, sedangkan distribusi isi Gas Elpiji saat tahun 1994 hanya 3.000 – 4.000 tabung, dibagi 5 Dealer maka saya mendapat rangking ke 2 terbanyak, dengan pegawai sedikit, armada juga hanya 5 unit saja.

Dalam system penggajian, saya amati selalu saja ada pegawai yang kasbon, karena saya amati saat gajian mereka harus bayar hutang, dan sisanya hanya cukup beberapa hari saja, sehingga saya rubah system penggajian mereka, saya buat gaji harian untuk uang makan + uang bonus antar, gajian mingguan untuk lembur dan kebersihan kendaraan, dan gajian bulanan, sehingga dengan jumlah pendapatan yang sama, hanya dibantu pengaturannya, karyawan saya tidak ada yang kasbon lagi, sehingga perusahaan kami sangat berkembang pesat.

Wirausaha pertama, saya gagal karena kena sakit hepatitis.

Setelah 1 tahun bekerja saya ingin memulai usaha sendiri, kebetulan saya belajar sedikit tentang kerja projek pengaspalan, kebetulan Om saya kerja diperusahaan aspal teknologi tinggi, High Bonding Aspal yaitu pelapisan aspal yang tipis tetapi kuat menempel, dan proyek pertama saya mengaspal jalan pompa bensin di Sukabumi, projek pertama yang saya kerjakan siang malam selama 7 hari, membuat saya tumbang sakit hepatitis, saya sadar diri kalau saya lanjutkan maka engga akan baik bagi kesehatan saya, ngapain cari uang ,yang akhirnya dinikmati sama Rumah Sakit.

Wirausaha sekaligus menjadi Inovator

Tepatnya 19 tahun yang lalu, saya banting setir untuk membuat pupuk cair organic, ide ini dari Om saya di Australia, yang memberi pandangan bahwa bila berhasil membuat Pupuk Cair Organik, maka masa depan nya baik, karena Indonesia adalah Negara Agraris, jadi pasarnya sudah terbuka lebar, saya minta ide bagaimana cara buatnya, Om katakana kamu itu kreatif, pasti bisa bikin, ini menjadi tantangan buat saya, lalu saya memberanikan diri menjual rumah saya di Bogor sebagai modal awal menjadi calon wirausahawan,

ternyata bekerja dan menjadi wiraswasta itu berbeda sekali, engga semudah yang dibayangkan, bila bekerja tinggal tunggu akhir bulan, gaji sudah ditangan, kalau jadi wirausaha akhir bulan berpikir bagaimana menyiapkan gajian staff, sehingga saya harus hati-hati dalam memulai nya, uang penjualan rumah saya pakai untuk kontrak rumah selama 3 tahun,

target saya dalam 3 tahun harus berhasil membuat pupuk cair organiknya, celakanya saat pertama saya coba pupuk buatan saya, semua tanaman mati, karena menghitung dosis itu sangat sulit, sementara saya engga paham soal tanaman, justru karena gagal itu membuat motivasi saya tambah kuat, dan ditahun 2007 saya berhasil membuat konsep tanam jagung populasi rapat dengan produksi tinggi, bayangkan bila saya saat itu menyerah, maka orang akan mengingatnya sebagai manusia gagal.

Lompatan penemuan pertama

Setelah hampir 3 tahun, saya belum berhasil membuat pupuk cair organic, malah saya diminta menangani limbah bermasalah salah satu pabrik pengolahan kelapa sawit di kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara, pemilihan saya dikarenakan saya dianggap kreatif saat bekerja lepas diperusahaan bio katalis dalam mengolah limbah dibeberapa gedung bertingkat di Jakarta ( saat saya belajar tentang ilmu dunia bakteri pengurai ),

saya tidak dibekali pengetahuan tentang limbah kelapa sawit tapi saya dianggap kreatif dan bisa menyelesaikan masalah di sana, saya sih percaya diri saja, dalam hitungan minggu saya berhasil menekan bau, dan setelah dua bulan saya berhasil membuat pupuk cair organic dari limbah kelapa sawit, dibuktikan dengan hasil test laboratorium dari air buangan limbahnya, setelah itu saya menjadi mantap untuk bisa memproduksi sendiri pupuk cair organic impian saya.

Dan saya tekuni sampai berkembang membuat aplikasi pada perikanan, peternakan dan terakhir membuat produk Jamu Tetes untuk manusia, semua proses membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun sampai dikatakan berhasil membuat produk bermanfaat, sampai saat ini saya sudah berhasil membuat terobosan baru di bidang peternakan , dengan konsep peternakan tanpa limbah menghasilkan produk sehat bebas kolesterol, tinggi protein dan kaya akan Rasa, dan saat ini masih mencoba membuat daging herbal, yaitu daging sehat bermanfaat obat, saya sedang mengembangkan di Bali dan di Malaysia, satu terobosan teknologi baru yang tinggal menunggu hari saja untuk siap diluncurkan…..

Dari pengalaman ini saya bisa simpulkan, bahwa keterbatasan bukan jadi alasan untuk bisa berhasil, dengan keterbatasan pengetahuan, keterbatasan modal, keterbatasan akses, saya sudah buktikan bahwa tidak ada tembok penghalang, yang bisa menghalangi saya untuk sukses, saat kita berani menempuh resiko besar, saat kita berani berusaha pantang menyerah, pengalaman bekerja sebagai tenaga administrasi proyek kontruksi,

lalu sebagai administrasi dan operasional perusahaan truk, bersambung ke usaha distribusi Gas Elpiji, lalu gagal di kontraktor aspal, berlanjut ke Inovator sampai hari ini, bila dicermati bahwa semua pekerjaan saya kerjakan tidak dalam satu keahlian, saya bekerja dengan berganti profesi yang tidak ada hubungannya, ini yang saya katakan bekerja melawan kebiasaan, buat saya hidup itu tantangan yang harus dihadapi, “ikan hidup selalu melawan arus” hanya ikan sakit dan ikan mati yang hanyut terbawa arus air, Itulah hidup yang penuh tantangan yang saya jalani sampai hari ini….

Saya harap pengalaman ini bisa menginspirasi kawan-kawan semua, bahwa tidak ada kata “gagal” yang adalah kata “belajar” ,selama masih bernapas kita akan terus belajar tentang banyak hal, jangan batasi diri, selalu perluas wawasan, maka hidup akan terasa indah.

Inovasi membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin

Salam inovasi

Bersambung….http://www.kompasiana.com/davebekam/kesaksian-kompasianers-pengguna-jates_5659b899b393737e12267c86

Artikel sebelumnya

http://www.kompasiana.com/davebekam/tetap-tegar-disaat-badai-datang_56572dd70e9373f312db932c

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun