Lalu si nona melihat sebuah bunga tergeletak. Bunga anggrek itu sudah layu. Ia mati dililit oleh sulur hijau.
"Anggrek. Dia punya reputasi bagus di dunia bunga."
Sang penyihir menyentuh anggrek yang sudah layu itu, dan setelah itu perlahan -- lahan bunga anggrek itu menjadi segar dan hidup lagi. Hanya saja, keceriaannya telah menghilang, diganti dengan aura ungu kegelapan.
"Anggrek, aku minta bantuanmu." kata sang penyihir, lalu ia mendekati anggrek itu dan membisikkan sesuatu di dekatnya. Setelah itu, anggrek meninggalkan tempat itu, dan pergi menuju ke atas bukit dengan tatapan meyakinkan.
"Apa yang kau lakukan?" tanya mandrake.
"Aku menghidupkan anggrek itu lagi."
"Kau lucu! Katamu ingin menguasai dunia ini dengan tanaman seperti kami. Tapi kenapa malah menghidupkan anggrek yang sudah kami bunuh?"
"Kau tak mengerti. Aku meminta bantuan anggrek bukan untuk menghalangi tujuan kita. Tapi aku memintanya untuk pergi ke atas bukit itu."
"Hah? Buat apa?"
"Aku memintanya untuk menemui para bunga, dan memintanya untuk menyebarkan cerita bohong."
"Cerita bohong?"