"Darimana buah dan air itu?"
"Aku sempat mendengar kabar, kalau buah dan air itu datang dari atas bukit. Disana ada seorang gadis yang menemani para bunga."
Nona itu berhenti memegang pucuk tanaman. Lalu ia melihat sekeliling tempat itu. Dia pikir, hanya dirinya yang tinggal di dunia bunga. Tapi setelah mendengar cerita dari mandrake, dia baru tahu kalau ada seseorang yang tak ia ketahui juga tinggal disana.
"Siapa gadis itu?" tanya si nona.
"Aku tak tahu. Tapi dia ada bersama bunga -- bunga itu di atas bukit."
"Apakah mereka masih ada disana?"
"Ya. Bunga -- bunga itu masih disana, tapi sebelum kesini, aku tak melihat gadis itu lagi."
Nona itu melihat mandrake. Umbi tanaman itu masih terengah -- engah setelah berlari menyelamatkan diri. Sebelum berangkat menyerang, dia bersama ratusan mandrake lain. Tapi sekarang ia berlari seorang diri. Kawan -- kawannya telah disapu banjir saat mereka melawan buah -- buah itu. Kejadian itu membuat si nona merasa terancam. Seseorang di luar sana berhasil menghentikan usahanya untuk menguasai tempat itu.
"Apakah kalian masih sanggup pergi ke atas bukit itu?" tanya si nona.
"Tidak, meski benteng itu sudah tidak ada, tapi aku pikir gadis itu akan memasang benteng lagi."
"Gawat."