Lalu ia melihat keadaan dirinya sekarang. Kudanya hilang dan kalau berjalan mungkin akan memakan waktu lebih lama.
Lagipula, perkataan orang gunung ada benarnya juga. Gunung ini terlalu liar untuk dijelajahi seorang diri.
Tapi tidak, ia tidak akan menerima tawaran itu. Kepuasan berpetualang seorang diri terlalu mahal jika ditukar dengan seekor kuda dan seribu prajurit gunung sekalipun.
Saat hendak menolak tawaran itu, si pemuda tak sengaja melihat foto yang terselip di sakunya.
Pemuda itu mengingat kenangan waktu kecil dulu. Saat itu ia bersama gadis dalam foto. Mereka berdua bermain di sebuah taman.
"Tunggu dulu, aku capek! Aku ingin istirahat." Kata gadis itu.
Mereka berdua duduk di sebuah bangku kayu.
"Tempat ini sungguh indah, kan."
"Ya. Aku suka tempat ini. Banyak tumbuhan dan setiap pagi aku bisa mendengar suara burung emprit berkicau." Kata si pemuda, lalu ia bersiul menirukan kicauan burung itu.
"Ngomong -- ngomong, apa keinginanmu nanti?" Tanya si gadis.
"Keinginan? Aku ingin makan yang banyak dan enak. Mungkin aku akan menanam kacang, lalu merebusnya dan menjualnya. Kalau ada yang beli, aku jual. Kalau tidak, ya sudah aku makan sendiri."