Mereka sama -- sama memakan sate itu.
"Jadi, apa rencanamu?" Tanya orang gunung kepada si pemuda.
"Entahlah. Untuk ke air terjun itu, aku butuh kudaku. Sedangkan dia tak tahu pergi kemana. Mungkin aku akan berjalan pelan -- pelan."
"Kalau kau berjalan, kau akan kesulitan saat ada serigala lagi. Lagi pula, gunung ini terlalu besar untuk dijelajahi dengan jalan kaki."
"Yah.. Apa lagi yang bisa kulakukan?"
"Begini saja. Kami akan memberimu seekor kuda, tapi ijinkan kami ikut bersamamu. Karena kami juga ingin menemukan air terjun itu. Setelah ketemu, kita bisa berbagi beberapa tetes. Bagaimana?"
Si pemuda masih mengunyah telur puyuh.
"Terimakasih telah menawariku. Tapi maaf, aku sudah lama berkelana sendiri. Aku akan pergi sendiri mencari air terjun itu."
"Kau benar -- benar pemuda tangguh. Tapi selain kita, orang -- orang juga saling berebut dan menumpahkan darah untuk menemukannya. Apa kau yakin bisa mengalahkan para pesaingmu sendiran?"
Si pemuda teringat pengalamannya dulu. Selama ini ia berhasil berpetualang sendirian. Sudah banyak daerah yang dijelajahinya.
Ia juga selalu mengalahkan orang yang menghalangi jalannya. Bahkan dulu ia pernah menaklukkan naga raksasa tanpa bantuan orang lain.