Dari kebiasaan ini, jika para pemimpin daerah ingin  berhubungan akrab dengan rakyatnya, tinggal ia mendekati para ulama dan tokoh agama, jadikan mereka sebagai penasehat spritual untuk bersama-sama membina umat, jangan justru dicurigai sebagai teroris dan tokoh yang berpaham radikal.
Kebiasaan orang KBB yang pertama ini sangat relevan sekali dengan sila pertama dari Pancasila yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, berlambangkan Bintang, sebagai simbol dari masyarakat yang religius.
Kebiasaan orang KBB yang Kedua adalah, orang KBB sangat kuat persaudaraan kemanusiannya. Kebiasaan ini bisa kita lihat bagaimana hubungan orang KBB yang mayoritas melayu begitu akrab dengan etnis lainnya, terutama dengan etnis Tionghoa, hubungan keduanya dari dahulu hingga sekarang sama sekali tidak pernah terlihat adanya kecemburuan sosial yang serius diantara keduanya.
Kondisi seperti ini sangat berbeda dengan daerah lain, sehingga tidak sedikit orang-orang dari daerah Pulau Jawa datang ke Provinsi KBB belajar tentang bagaimana cara menghargai hak asasi manusia, dan toleransi antar melayu dan Tionghoa. Tak heran jika  tokoh budaya Jawa Barat, DR Anton Charlian mengatakan bahwa, "Sesungguhnya cerminan kehidupan bertoleransi  di Indonesia, ada di KBB".
Ungkapan ini tentunya sangat tepat sekali, karena salah satu identitas yang dimiliki Provinsi KBB adalah Melayu dan Tionghoa bersaudara, dalam bahasa Tionghoanya  (Fan ngin thongin jitjong, Hongin tongin Cinngin).
Dari kebiasaan yang kedua ini, bagi para pemimpin Provinsi KBB yang ingin menegakkan hak asasi manusia dan menjunjung tinggi peradaban di KBB cukup melakukan pendekatan dengan cara sering-sering melakukan pertemuan dengan para tokoh lintas agama, etnis dan suku, seperti mengadakan kesepakatan bersama dengan acara deklarasi persaudaraan.
Kuatnya persaudaraan kemanusian  yang menjadi kebiasaan orang KBB ini kalau kita kaitkan dengan Pancasila tentu sangat relevan dengan sila kedua yaitu Kemanusian yang Adil dan Beradab, lambangnya adalah rantai yang saling berkaitan atara satu dengan lainnya, simbol dari kuatnya hubungan persaudaraan antar golongan.
Kebiasaan orang KBB yang ketiga adalah, orang KBB sangat senang atau suka kumpul-kumpul. Sekarang ini di Provinsi KBB banyak sekali tumbuh usaha Warung Kopi, bahkan di daerah Belitung Timur terkenal dengan nama daerah Seribu Warung Kopi, di warung tersebut menjadi wadah tempat berkumpulnya para warga, disana mereka berdiskusi dan bekisah sambil ngirup kopi. Alangkah cair nya hubungan antara mereka di warung kopi.
Situasi seperti ini tentunya menjadi suatu kesempatan bagi para pemimpin yang ingin bercengkrama bersama masyarakatnya dengan cara ngumpul-ngumpul sambil ngopi di warung kopi, apalagi setelah itu  masyarakat yang ngopi dibayar (ditraktir) oleh pemimpinnya. Tentu ini akan menjadi suatu hubungan yang sangat akrab antara pemimpin dengan rakyatnya.
Selain itu ada juga sebagian orang KBB yang suka berkumpul di bawah pohon yang rindang, mereka berkumpul sambil main gaple. Kebiasaan kumpul-kumpul ini selaras juga dengan sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia lambangnya adalah Pohon Beringin, simbol tempat masyarakat berteduh dan berkumpul.
Kebiasaan orang KBB yang keempat adalah, orang KBB cerdas- cerdas dan keras kepala. Orang luar sering bertanya kenapa orang KBB ini banyak pintar-pintar  dan cerdas-cerdas. Penyebabnya barang kali karena orang KBB sering makan ikan, karena menurut banyak penelitian manfaat makan ikan di antaranya, "memiliki nutrisi penting yang tinggi, menurunkan resiko penyakit jantung, sumber besar vitamin D, membantu meningkatkan kesehatan mata dan membuat tidur lebih nyenyak".