Mohon tunggu...
Datuk Marwan Al Jafari
Datuk Marwan Al Jafari Mohon Tunggu... Lainnya - Ketua PW MABMI Kepulauan Bangka Belitung

Pegiat Budaya Melayu Kepulauan Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lima Kebiasaan Orang KBB Kunci Kedamaian

6 Januari 2023   16:07 Diperbarui: 6 Januari 2023   17:36 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Datuk H. Marwan Al-Ja'fari.
 Ketua PW MABMI KBB

Jumat 16 des , saya di minta untuk menjadi Narsumber pada  acara Seminar Budaya Nasional tentang merawat kedamaian dalam Kebhinekaan, yang dilaksanakan oleh KBO ( Kantor Berita Online) di Makorem Prov KBB (Kepulauan Bangka Belitung). Saat memberikan materi saya sampaikan tentang kondisi masyarakat di Provinsi KBB yang majemuk dan plural, namun dalam kesehariannya mereka sudah terbiasa menjalani kehidupan dengan  rukun dan damai walaupun berada  dalam perbedaan, baik berbeda suku, agama, ras dan etnis.

Kondisi kehidupan seperti ini tentunya sangat menarik untuk dibaca dari sudut Kebudayaan, mengapa tidak pernah di temukan adanya perkelahian antar suku ras agama dan antar golongan di KBB ini.
Saya sempat merenungkan, kelihatannya ada lima kebiasaan orang KBB yang menjadi kunci terciptanya kedamaian di masyarakat KBB.

Kebiasaan ini dilakukan tanpa mereka sadari bahwa itu adalah kunci dari kedamaian. Hanya saja kebiasaan ini belum dituangkan dalam suatu rumusan yang baku, sehingga belum banyak orang yang menyadarinya.

Padahal kalau dirumuskan dalam suatu konsep, mungkin  kebiasaan ini akan menjadi dasar adat istiadat orang KBB yang bisa dilestarikan. Selain itu juga, bisa dijadikan dasar pijakan bagi pemimpin daerah untuk lebih mengenal budaya yang dimiliki masyarakat KBB, kemudian bisa menjadi strategi bagaimana cara melakukan pendekatan terhadap masyarakatnya di Provinsi KBB.

Lima kebiasaan ini saya sebutkan dalam seminar tersebut sebagai  Kunci Kedamain orang KBB. Menariknya lagi lima kebiasaan ini sangat relevan jika kita kaitkan dengan lima sila yang ada dalam Pancasila.

Lima kebiasaan orang KBB itu adalah:

Pertama, orang KBB itu religius-religius.
mereka sangat kuat pemahaman dan pengamalannya terhadap ajaran agama.
Maka tak heran kalau kita sering mendengar para imam masjid sering membaca surat Alhujorot ayat 13 dalam Alquran yang menandakan bahwa mereka sangat memahami tentang cara menjalin hubungan persaudaraan meskipun berbeda-beda.

Bukti kebiasaan lain bahwa orang KBB itu religius dan cinta akan kedamaian, bisa kita jumpai ketika kita sholat subuh di masjid-masjid yang ada di KBB. Para imam sholat subuh selalu membaca doa qunut , yang didalam nya ada doa tolak bala'. Dalam doa tersebut terjemahannya berbunyi  

"Ya Allah jauhkanlah kami dari bala' bencana dan malapetaka serta hindarkan kami dari kejahatan dan kemungkaran."

Sepertinya doa merekapun dikabulkan  Allah. Karena Alhamdulillah, Provinsi KBB  sampai saat ini jarang terkena bencana dan malapetaka, semoga  sampai seterusnya tidak pernah terjadi.

Dari kebiasaan ini, jika para pemimpin daerah ingin  berhubungan akrab dengan rakyatnya, tinggal ia mendekati para ulama dan tokoh agama, jadikan mereka sebagai penasehat spritual untuk bersama-sama membina umat, jangan justru dicurigai sebagai teroris dan tokoh yang berpaham radikal.

Kebiasaan orang KBB yang pertama ini sangat relevan sekali dengan sila pertama dari Pancasila yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, berlambangkan Bintang, sebagai simbol dari masyarakat yang religius.

Kebiasaan orang KBB yang Kedua adalah, orang KBB sangat kuat persaudaraan kemanusiannya. Kebiasaan ini bisa kita lihat bagaimana hubungan orang KBB yang mayoritas melayu begitu akrab dengan etnis lainnya, terutama dengan etnis Tionghoa, hubungan keduanya dari dahulu hingga sekarang sama sekali tidak pernah terlihat adanya kecemburuan sosial yang serius diantara keduanya.

Kondisi seperti ini sangat berbeda dengan daerah lain, sehingga tidak sedikit orang-orang dari daerah Pulau Jawa datang ke Provinsi KBB belajar tentang bagaimana cara menghargai hak asasi manusia, dan toleransi antar melayu dan Tionghoa. Tak heran jika  tokoh budaya Jawa Barat, DR Anton Charlian mengatakan bahwa, "Sesungguhnya cerminan kehidupan bertoleransi  di Indonesia, ada di KBB".

Ungkapan ini tentunya sangat tepat sekali, karena salah satu identitas yang dimiliki Provinsi KBB adalah Melayu dan Tionghoa bersaudara, dalam bahasa Tionghoanya  (Fan ngin thongin jitjong, Hongin tongin Cinngin).

Dari kebiasaan yang kedua ini, bagi para pemimpin Provinsi KBB yang ingin menegakkan hak asasi manusia dan menjunjung tinggi peradaban di KBB cukup melakukan pendekatan dengan cara sering-sering melakukan pertemuan dengan para tokoh lintas agama, etnis dan suku, seperti mengadakan kesepakatan bersama dengan acara deklarasi persaudaraan.

Kuatnya persaudaraan kemanusian  yang menjadi kebiasaan orang KBB ini kalau kita kaitkan dengan Pancasila tentu sangat relevan dengan sila kedua yaitu Kemanusian yang Adil dan Beradab, lambangnya adalah rantai yang saling berkaitan atara satu dengan lainnya, simbol dari kuatnya hubungan persaudaraan antar golongan.

Kebiasaan orang KBB yang ketiga adalah, orang KBB sangat senang atau suka kumpul-kumpul. Sekarang ini di Provinsi KBB banyak sekali tumbuh usaha Warung Kopi, bahkan di daerah Belitung Timur terkenal dengan nama daerah Seribu Warung Kopi, di warung tersebut menjadi wadah tempat berkumpulnya para warga, disana mereka berdiskusi dan bekisah sambil ngirup kopi. Alangkah cair nya hubungan antara mereka di warung kopi.

Situasi seperti ini tentunya menjadi suatu kesempatan bagi para pemimpin yang ingin bercengkrama bersama masyarakatnya dengan cara ngumpul-ngumpul sambil ngopi di warung kopi, apalagi setelah itu  masyarakat yang ngopi dibayar (ditraktir) oleh pemimpinnya. Tentu ini akan menjadi suatu hubungan yang sangat akrab antara pemimpin dengan rakyatnya.

Selain itu ada juga sebagian orang KBB yang suka berkumpul di bawah pohon yang rindang, mereka berkumpul sambil main gaple. Kebiasaan kumpul-kumpul ini selaras juga dengan sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia lambangnya adalah Pohon Beringin, simbol tempat masyarakat berteduh dan berkumpul.

Kebiasaan orang KBB yang keempat adalah, orang KBB cerdas- cerdas dan keras kepala. Orang luar sering bertanya kenapa orang KBB ini banyak pintar-pintar  dan cerdas-cerdas. Penyebabnya barang kali karena orang KBB sering makan ikan, karena menurut banyak penelitian manfaat makan ikan di antaranya, "memiliki nutrisi penting yang tinggi, menurunkan resiko penyakit jantung, sumber besar vitamin D, membantu meningkatkan kesehatan mata dan membuat tidur lebih nyenyak".

Kalau kita lihat di Provinsi KBB, salah satu daerah yang banyak memproduksi makanan  yang terbuat dari ikan, seperti empek-empek ikan, otak otak ikan , dan kempelang ikan adalah daerah Belinyu Kabupaten Bangka.

Menarik untuk di baca tanda-tanda alamnya, dari daerah ini banyak melahirkan orang pintar/profesor, seperti Alm. Prof Jalaludin, Prof Bustami Rahman, mereka adalah putra daerah kelahiran Belinyu. Para pemimpin daerah, banyak datang kepada mereka dalam rangka minta wejengan, masukan dan nasehat sebagai bahan  pertimbangan dalam menentukan suatu kebijakan.

Salah satu cara pendekatan menghadapi orang KBB yang pintar dan cerdas, bagi  para pemimpin memang harus banyak mendengar masukan mereka, jangan diajak adu debat, kalau diajak berdebat, maka mereka akan keras kepala mempertahankan argumennya, kata orang Belinyu

"Nyo neg apo kate nyo lah"

Kebiasaan orang KBB yang ke empat ini sangat relevan dengan sila ke empat Pancasila, yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, lambangnya adalah Kepala Banteng, simbol dari orang yang cerdas dan keras kepala.

Kebiasaan orang KBB Yang Kelima adalah orang KBB itu suka makan- makan. Salah satu cara  para leluhur kita dulu mengajak orang agar mau datang kemasjid dengan tujuan supaya masyarakat bisa bersilturrahmi dengan ulama  dan umaro, serta mendekatkan diri kepada tuhannya, yang dilakukan oleh para leluhur adalah memancing orang KBB dengan umpan  makanan, berupa nganggung sepintu sedulang.

Sepertinya para leluhur sudah tau, bahwa salah satu kebiasaan orang KBB ini suka makan-makan dan kuat makan, tradisi nganggung ini sampai sekarang masih tetap digunakan oleh para pemimpin  untuk bersilaturrahmi dengan masyarakat nya serta dijadikan sebagai sarana dalam rangka mensosialisakan program-programnya kepada masyarakat.

Kebiasaan yang kelima ini selaras sekali dengan sila kelima Pancasila, yaitu Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, lambangnya adalah Padi dan Kapas, simbol dari masyarakat yang suka makan-makan.

Demikianlah lima kebiasaan orang KBB yang menjadi kunci untuk menjaga kebersamaan dan kedamaian di Prov KBB dan sangat sejalan dengan ajaran falsafah dasar negara kita Pancasila.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun