Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Betulkah dalam Tubuh yang Sehat Terdapat Jiwa yang Sehat?

9 Oktober 2022   20:07 Diperbarui: 10 Oktober 2022   13:22 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olah rohani (Dokumen Pribadi)

Orandum Est Ut Sit yang hilang dari Mensana Incorpore Sano

Kita pasti tidak pernah asing lagi mendengar sebuah adagium Latin; Mensana Incorpore Sano, yang berarti "Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat". Supaya memiliki tubuh yang sehat, maka orang dianjurkan untuk olah raga secara teratur.

Betulkah di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat? Jawabannya antara Ya dan Tidak.

Coba lihat saja banyak yang badannya sehat, tapi mengalami gangguan jiwa alias gila. Mereka kadang tidur di ruangan terbuka, makan apa saja tanpa melihat unsur gizi atau tidak, tidak terurus, tapi tampaknya badan mereka tetap kuat dan sehat.

Sebaliknya,banyak yang berhari-hari opname di rumah sakit, tapi mereka bukan gangguan jiwa. Badan mereka sakit, tapi jiwa mereka tidak.

Bagi Prof. Dr. Damarjati Supadjar, ahli filsafat UGM, hal ini terjadi karena kalimat itu tidak dipahami secara utuh, karena kalimat ini pun tidak dikutip secara utuh. Menurut dia, sebenarnya bunyi utuh dari kalimat tersebut adalah Orandum Est Ut Sit Mensana Incorpore Sano.

Artinya, marilah kita berdoa semoga di dalam tubuh yang sehat terdapat pula jiwa yang sehat. Kalimat itu kemudian dipotong dengan menghilangkan kata "Orandum Est Ut Sit" (marilah kita berdoa), sehingga membuat maknanya menjadi tidak lengkap. 

Atas dasar itu maka dalam ulasan kali ini saya ingin mengangkat pengolahan rohani yakni doa, meditasi dan kontemplasi sebagai unsur penting dalam menjaga kesehatan jiwa.

Secara pribadi, saya sendiri secara rutin setiap hari menjalani latihan rohani ini selama sepuluh tahun. Kemudian selama lima tahun mendampingi banyak kaum muda dalam olah rohani melalui doa, meditasi dan kontemplasi ini.

Dari pengalaman yang ada, sungguh dirasakan bahwa doa, meditasi dan kontempasi, yang dilakukan setiap hari, semakin membuat kita mengenal diri dan sesama, maupun mengenal Tuhan dan mencintai-Nya. Selain itu jiwa kita akan mengalami ketenangan dan hati terasa damai.

Olah rohani (Dokumen Pribadi)
Olah rohani (Dokumen Pribadi)

Walaupun ketiga hal ini secara sepintas kelihatan sama, namun ada sedikit perbedaan di antara ketiganya. Berikut ini adalah uraian singkat dari ketiga kegiatan tersebut.

Doa 

Orang yang berdoa bagaikan seseorang yang sedang berjalan menuju seorang sahabat yang cintanya kepada kita benar-benar kita rasakan.

Orang yang berdoa sedang menanggapi suara cinta dari Sang Sahabat. Ini menjelaskan bahwa doa adalah sebuah seni untuk diusahakan, karena ia  sering meminta waktu untuk ada bersama dengan Sang Sahabat  itu.

Ketika kita berdoa, kita menyampaikan kata-kata "dengan pemahaman". Kita mengucapkan doa-doa kita dengan "penuh perhatian". Kita perlu "sadar dan tahu bahwa kita sedang berbicara, dengan siapa kita bicara,  dan siapakah kita sehingga berani berbicara begitu banyak  dengan Tuhan yang begitu besar".

Tanpa kesadaran yang demikian dan perhatian pada apa yang kita katakan, doa kita  semata-mata "omong-kosong belaka".

Doa itu menuntut kehadiran diri kita sepenuhnya, pada apa  yang kita pikirkan dan katakan, dan pada siapa yang kita bicara. Yang paling penting dalam doa bukanlah berpikir banyak tetapi  mencintai banyak.

Alasan utama untuk berdoa adalah  persatuan yang bersifat afektif dengan Allah. Doa afektif adalah doa dimana kita bersekutu atau ber- communio dengan Allah, sebuah persekutuan atau communio yang  membawa kita kepada persatuan (unio).

Dimensi afektivitas di dalam  doa membuka jalan kepada communio dan unio. Doa untuk kesehatan jiwa bersifat afektif, dan inti dari afektivitas adalah kerinduan, kerinduan akan Allah.

Apakah dirasakan atau tidak pada level emosional, afektivitas yang benar terletak dalam  kerinduan untuk persatuan personal dengan Sang Kekasih yakni Allah.  

Meditasi 

Semua aktivitas doa memenuhi syarat sebagai "doa asketik" atau "meditasi".  Maka bagi Teresia dari Avila, seorang guru doa, "meditasi"  merupakan suatu kategori doa. Ya, sebuah doa usaha,  usaha untuk memikirkan Tuhan dan mencintai-Nya. Meditasi adalah doa asketik. Doa asketik adalah doa yang  menekankan usaha dari pihak kita.

Bagi Teresia, refleksi adalah  pengertian pertama dari meditasi, dan ia memberikan  banyak contoh tentang "refleksi diskursif dengan intelek". Penggunaan imaginasi, pemikiran dan kehendak dalam  doa semuanya adalah aktivitas "meditasi diskursif". 

Meditasi menempatkan kehadiran Allah di dalam diri (self) dan memusatkan segala renungan dan rasa cinta akan Tuhan di dalamnya.

Singkatnya, meditasi secara mendasar adalah kategori doa  bukan-kontemplatif. Meditasi adalah tahap doa yang mengandaikan penggunaan daya-daya mental kita dalam mencari Allah, walaupun selalu di  bawah bimbingan rahmat ilahi.

Kontemplasi 

Jika meditasi menekankan usaha dari pihak kita, sebaliknya kontemplasi  tidak dihasilkan oleh usaha-usaha kita. Kontemplasi adalah anugerah cuma-cuma. Kita dapat mempersiapkan diri  kita untuk menerima anugerah kontemplasi itu. Kita mempersiapkannya dengan menumbuhkan keutamaan-keutamaan dan juga dengan melakukan doa afektif.

Kontemplasi adalah suatu pengalaman yang diberikan secara cuma-cuma. Pengalaman akan apa? Pengalaman akan kehadiran Allah yang memberikan terang kepada jiwa dan kehangatan kepada hati.

Kita belajar untuk meminta anugerah kontemplasi itu sambil tetap menyerahkan hasilnya kepada Allah. Jadi ketika kita berdoa, kita berdoa dengan hati yang terbuka terhadap  kontemplasi. Kita belajar mendengarkan Sabda Allah dan menerima cinta-Nya.

Kita tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan anugerah kontemplasi itu. Tetapi kita perlu memberikan banyak ruang bagi Allah untuk bekerja. Kita belajar diam dalam kehadiran-Nya.

Tahapan Mengolah Jiwa

Salah satu cara yang sudah cukup lama dilakukan dalam mengolah jiwa adalah melalui "Lectio Divina". Secara harafiah "Lectio Divina" berarti "bacaan ilahi". Ada 4 unsur dalam Lectio Divina, yakni lectio, meditatio, oratio,  dan contemplatio.

Lectio

Lectio sendiri yang berarti "bacaan", dimengerti sebagai membaca berulang-ulang secara  perlahan-lahan sebuah perikop dari Kitab Suci.

Usaha ini merupakan sebuah sarana pemfokusan dan pemusatan. Kiat akan  dengan penuh perhatian membaca sebuah perikop dari Kitab Suci.

Kegiatan Lectio (Dokumen Pribadi)
Kegiatan Lectio (Dokumen Pribadi)

Ketika kita sudah menemukan sebuah gagasan, sebuah kalimat atau kata-kata yang menarik perhatiannya, kita akan berhenti dan merenungkan teks itu.

Kemudian, dengan hati-hati kita  mengulangi kata-kata itu berkali-kali. Setiap kali ada pelanturan, kita coba kembali ke pengulangan ini.

Meditatio 

Meditatio adalah sebuah usaha untuk mengerti makna teks dan membuat teks  itu relevan dan bermakna bagi dirinya secara personal. Merenungkan berarti memamah, mengunyah Sabda, merenungkannya sebuah kutipan teks pada waktu luang.

Kegiatan Meditatio (Dokumen Pribadi)
Kegiatan Meditatio (Dokumen Pribadi)

Meditatio menggunakan secara intuitif semua indra. Orang tidak bekerja keras pada doa ini, tetapi hanya mendengarkan Sabda yang sedang diulang, membiarkannya, memunculkan gambaran-gambaran tertentu, refleksi-refleksi, pemikiran-pemikiran  intuitif.

Orang yang melakukan meditasi merenungkan dan merasakan pelajaran-pelajaran yang tersembunyi dalam Sabda  Allah dalam cara sedemikian sehingga kebijaksanaan kehidupan dipelajari.

Oratio 

Oratio yang berarti "doa", dilihat sebagai tanggapan pribadi atas teks yang direnungkan itu dan memohon rahmat Allah agar teks itu menggerakkannya untuk bersatu dengan Allah.

Dengan bantuan rahmat, pemikiran saleh yang muncul dari meditatio menimbulkan doa. Sabda Allah bergerak dari bibir ke pikiran, dan sekarang ke hati.

"Doa" adalah tanggapan hati terhadap Sabda Allah yang telah kita dengar menyapa kita melalui Kitab Suci. Secara mendasar, doa dalam langkah  ketiga ini mengungkapkan kerinduan akan pemahaman atas makna teks itu. 

Doa di sini adalah keseluruhan unsur afektif meditasi. Dia adalah permohonan. Dia adalah percakapan afektif  dengan perasaan-perasaan cinta.

Sebagaimana unsur-unsur lain dari "lectio", dimensi afektif bertumbuh dan berkembang. Afeksi berkembang ke dalam kontemplasi yang diperoleh karena usaha (acquired contemplation).

Contemplatio 

Contemplatio, dilihat sebagai memandang dengan penuh perhatian. Gagasan di balik "memandang dengan penuh perhatian" ini adalah bahwa  kadang-kadang, oleh rahmat Allah yang dicurahkan kita,  seseorang dapat berada dalam situasi dimana ia melihat atau  mengalami teks sebagai misteri atau kenyataan.

Menurut Guigo II, pada  tahap ini Allah memuaskan kehausan jiwa dan memberi makan untuk rasa laparnya.

Allah memberikan kepada orang yang melakukan meditasi itu sebuah anggur baru dan mengangkatnya ke tahap pengalaman  transenden.

Moment-moment  kontemplasi ini dapat berlangsung cepat atau lama, nampak  lembut-halus atau nyata-konkret. Moment-moment itu dapat pergi dan datang lagi.

Mereka dapat membaur dengan arus kata-kata meditatif yang diulangi, pemikiran-pemikiran biblis yang  direfleksikan, intuisi-intuisi yang dinikmati, niat-niat hati yang  dibuat.

Tetapi orang akan menjadi lebih tenang dan pasif karena Tuhan-lah sekarang yang aktif-berkarya di dalam diri kita.

Kita mungkin dapat meringkas apa yang Guigo II katakan tentang keempat unsur "lectio divina" dalam cara berikut: membaca itu mencari, meditasi itu menemukan (makna), doa itu  memohon, kontemplasi itu merasakan (Allah).

***

Referensi: Ndolu, Siriakus (Penterj.), Lectio Divina And Practice Of Teresian Prayer. 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun